Muthia Soebagjo: Ibu Berdaya dengan Keistimewaannya
#HangingOutWithHukumonline Mother’s Day Celebration 2023

Muthia Soebagjo: Ibu Berdaya dengan Keistimewaannya

Berangkat dari pemahaman bahwa perempuan diciptakan dengan memiliki keistimewaan, Muthia percaya bahwa perempuan berdaya adalah mereka yang paham kemampuan, kapasitas dan kebutuhan dirinya serta mengoptimalkannya dari waktu ke waktu.

Oleh:
Tim Hukumonline
Bacaan 2 Menit
Vice President Legal PT Indika Energy Tbk Muthia Soebagjo. Foto: Istimewa
Vice President Legal PT Indika Energy Tbk Muthia Soebagjo. Foto: Istimewa

Kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki dimaknai oleh Muthia Soebagjo, Vice President Legal PT Indika Energy Tbk, dengan kesadaran bahwa perempuan memiliki keistimewaan, seperti halnya kemampuan untuk melahirkan anak dan seterusnya. Beranjak dari pemahaman tersebut, ia percaya bahwa perempuan berdaya adalah mereka yang paham kemampuan, kapasitas dan kebutuhan dirinya serta mengoptimalkannya dari waktu ke waktu.

Menurutnya, keberdayaan perempuan tidak berkurang ketika ada fasenya mereka mengambil keputusan untuk berkeluarga dan memiliki anak. Bahkan, mengambil waktu rehat dari pekerjaan untuk menyesuaikan diri dengan peran baru sebagai seorang ibu adalah hal yang lumrah. Ia mengenang, pasca mengambil cuti melahirkan selama tiga bulan, dirinya memerlukan waktu tambahan untuk lebih siap kembali bekerja dengan tanggung jawab yang baru diemban sebagai ibu.

Merefleksikan momentum Hari Ibu dan sejarah perjuangan perempuan yang dahulu menuntut kesetaraan pendidikan, Muthia bersyukur dirinya mendapatkan privilese mengenyam pendidikan dan dapat meniti karier dengan baik. Pencapaiannya hingga kini menjadi seorang ibu pun ia syukuri. Dalam mengasuh anaknya, Muthia bersama suami membangun teamwork yang padu dan mengutamakan kualitas serta connection dalam tiap interaksi keluarga. Kerja sama yang baik itu ia akui dapat terwujud atas kesamaan visi dan dukungan dari keluarga besar.

Lika-liku mengasuh anak dihadapi dengan kompak dan komunikatif. Muthia membagikan cerita pada Hukumonline, untuk menciptakan interaksi yang berkualitas, Muthia dengan suami dan sang anak berlibur ke luar kota untuk menghabiskan waktu bersama. Kegiatan sederhana ini ia akui efektif untuk menyegarkan kembali hubungan satu sama lain. “Kondisi emosi anak yang sebelumnya sempat kurang stabil ternyata membaik setelah kita berlibur bersama”, ujarnya.

Hukumonline.com

Muthia Soebagjo bersama suami dan anak saat momen liburan bersama. Foto: Istimewa

Dalam mendidik anak, Muthia menilai pentingnya aspek keyakinan agama untuk diajarkan sebagai pondasi bagi anak menghadapi hidupnya. Terlebih melihat fenomena globalisasi dunia saat ini yang semakin berkembang. Batasan-batasan teritori dunia ditembus oleh akses internet, dan kesempatan untuk hidup dan bekerja di mana-mana sudah lebih terbuka. Ia berharap, dengan nilai-nilai agama sebagai pondasi hidup, anak akan tangguh menghadapi berbagai persoalan.

Muthia juga menyoroti isu mental health yang kini semakin marak, maka menjadi relevan untuk mengajarkan pada anak mengenai pengendalian diri termasuk dalam berpasrah kepada Tuhan. Teladan nilai-nilai agama juga sekaligus ingin Muthia tanamkan dengan nilai toleransi agar anak terbiasa menghadapi berbagai perbedaan. Sementara itu, untuk aspek keterampilan di masa depan, Muthia juga menekankan pentingnya agility bagi sang anak untuk menghadapi dunia kerjanya kelak yang akan lebih maju dari era saat ini yang sudah dinamis pula dengan perkembangan teknologi.

Pada akhirnya, memahami bahwa perempuan diciptakan dengan keistimewaannya bukan menjadi alasan untuk memberikan stereotipe dan diskriminasi. Justru, mereka perlu diberi ruang untuk mengaktualisasikan diri dan turut meluaskan kontribusinya kepada orang lain. Muthia mengapresiasi regulasi terkait cuti maupun kebijakan dan program lainnya di perusahaan yang sangat mengakomodir berbagai kebutuhan ibu maupun individu pada umumnya. Secara khusus, ia bersyukur karena manajemen di kantor memandang karyawan tidak sebatas dalam konteks bisnis atau pekerjaan, melainkan juga sebagai sesama manusia yang juga mengutamakan keluarganya.

Tags:

Berita Terkait