OC Kaligis, Lawyer Senior yang Getol Menulis Buku di Usia Senja
Utama

OC Kaligis, Lawyer Senior yang Getol Menulis Buku di Usia Senja

Terbukti sudah 128 buku yang dipublikasikan, 17 diantaranya ditulis di Lapas Sukamiskin saat tersandung kasus korupsi.

Willa Wahyuni
Bacaan 3 Menit
Advokat Senior Otto Cornelis Kaligis. Foto: WIL
Advokat Senior Otto Cornelis Kaligis. Foto: WIL

Siapa yang tidak mengenal Otto Cornelis Kaligis, seorang pengacara kawakan yang malang melintang di bidang penegakan hukum dan keadilan lebih dari setengah abad. Pria berusia 81 tahun yang lebih dikenal dengan nama O.C Kaligis masih aktif beracara, mulai dari kasus kelas teri hingga kasus kelas kakap.

Meski sempat vakum lantaran tersandung kasus korupsi pada 2015 silam, nyatanya sejak bebas dari Lapas Sukamiskin pada bulan Maret 2022 lalu, kini ia masih sibuk mengurus beberapa perkara. Meski begitu, ia tidak memungkiri bahwa kehidupannya berubah drastis sejak ditetapkan sebagai tersangka pada kasus tersebut.

Seperti diketahui, pada tahun 2015 O.C Kaligis tersandung kasus korupsi dan ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK dalam dugaan suap hakim dan panitera Pengadilan Tata Usaha Negara di Medan, Sumatera Utara.

Baca Juga:

Saat ini O.C Kaligis sudah bisa menghirup udara bebas. Selama mendekam di balik jeruji besi, pengacara kondang ini tidak hanya diam menunggu hukumannya usai. Ditemui Hukumonline di kantor hukumnya di daerah Jakarta Pusat, ia mengaku telah menulis tujuh belas buah buku selama ditahan di lapas.

"Saya tidak pernah malu dicap mantan narapidana, saya ditangkap tanpa BAP dan tanpa barang bukti. Tapi saya tidak stres di dalam (lapas), saya isi dengan menulis buku. Selama di dalam saya sudah menulis tujuh belas buah buku," ujar O.C Kaligis kepada Hukumonline, Selasa (13/2).

la mengaku memang gemar menulis, yang dibuktikan dengan tercatatnya dia sebagai anggota muda Persatuan Wartawan Indonesia. Kegemaran menulisnya tidak sirna. Hingga hari ini terbukti ada ratusan buku yang telah ia tulis dan publikasikan.

"Saya sudah menulis dan menerbitkan 128 buku. Dua puluh di antaranya itu berbahasa Inggris. Sisanya berbahasa Indonesia. Saya ingin semua kejadian dicatat, jadi jika nanti saya meninggal dunia masih ada tulisan saya, dan orang-orang akan mengatakan 'oh si pemberani itu sudah pergi’," ujarnya.

Tags:

Berita Terkait