Presiden Jokowi: 5 Agenda Besar Tak Boleh berhenti
Utama

Presiden Jokowi: 5 Agenda Besar Tak Boleh berhenti

Mulai hilirasi sektor sumber daya alam, hingga menjaga keberlanjutan pembangunan ibu kota negara.

Oleh:
Rofiq Hidayat
Bacaan 3 Menit
Presiden Joko Widodo saat Pidato Kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR memperingati HUT ke-77 Republik Indonesia di Gedung MPR, Selasa (16/8/2022). Foto: RES
Presiden Joko Widodo saat Pidato Kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR memperingati HUT ke-77 Republik Indonesia di Gedung MPR, Selasa (16/8/2022). Foto: RES

Nyaris banyak negara di dunia menghadapi ujian besar berupa krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19. Perekonomian dunia pun yang belum sepenuhnya bangkit. Hal tersebut menjadi bagian tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Karenanya, tantangan yang dihadapi Indonesia pun sangat berat. Sejumlah agenda besar yang sedang berjalan tak boleh berhenti.

Demikian disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Sidang Tahunan MPR memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 Republik Indonesia di Gedung MPR, Selasa (16/8/2022). “Saya tegaskan kembali. Agenda besar bangsa tidak boleh berhenti. Langkah-langkah besar harus terus dilakukan,” kata Presiden Jokowi.

Dia menerangkan ada lima agenda besar tersebut. Pertama, hilirasi dan industrialisasi sumber daya alam mesti terus dilakukan, seperti hilirasi nikel. Misalnya, periode 2014, pendapatannya sekitar Rp16 triliun, tapi di periode 2021 meningkat menjadi Rp306 triliun. Dia berharap di periode 2022 dapat mencapai angka Rp440 triliun. Sementara dari penerimaan pajak dan devisa negara pun terbilang positif, sehingga kurs rupiah menjadi lebih stabil.

Indonesia, kata Jokowi, telah menjadi produsen kunci dalam rantai pasok baterai litium global. Produsen mobil listrik dari Asia, Eropa, dan Amerika pun ikut berinvestasi di Indonesia. Setelah nikel, pemerintah bakal mendorong hilirisasi bauksit, hilirisasi tembaga, dan timah. “Kita harus membangun ekosistem industri di dalam negeri yang terintegrasi yang akan mendukung pengembangan ekosistem ekonomi hijau dunia,” ujarnya.

Kedua, optimalisasi sumber energi bersih dan ekonomi hijau harus ditingkatkan. Menurutnya, persemaian dan rehabilitasi hutan tropis dan mangrove serta rehabilitasi habitat laut, bakal terus dilakukan. Malahan bakal menjadi potensi besar penyerap karbon. Energi bersih dari panas matahari, panas bumi, angin, ombak laut, dan energi bio, bakal menarik industrialisasi penghasil produk-produk rendah emisi. Menurutnya, kawasan industri hijau di Kalimantan Utara bakal menjadi Green Industrial Park terbesar di dunia.

“Saya optimistis kita akan menjadi penghasil produk hijau yang kompetitif di perdagangan internasional. Upaya tersebut bisa langsung disinergikan dengan program peningkatan produksi pangan dan energi bio,” lanjutnya.

Baginya, pemanfaatan kekayaan hayati laut secara bijak bakal menjadi kekuatan besar untuk produk pangan, farmasi, dan energi. Begitu pula sektor perkebunan, seperti kelapa sawit yang terbukti menjadi pemasok terbesar CPO dunia. Sementara beras konsumsi, pemerintah tak lagi mengimpor dalam tiga tahun terakhir. Menurutnya, pembangunan bendungan dan irigasi telah mendukung peningkatan produktivitas nasional.

Tags:

Berita Terkait