Prof I Gusti Ayu dan Kehebatannya Mendorong Jurnal Hukum di FH UNS
Law School Stories

Prof I Gusti Ayu dan Kehebatannya Mendorong Jurnal Hukum di FH UNS

Pengembangan jurnal ilmiah bukan sebuah pekerjaan rumah yang mudah, untuk dapat mengelola pengembangan jurnal secara berkala dibutuhkan komitmen bersama dari seluruh civitas akademika perguruan tinggi.

Willa Wahyuni
Bacaan 3 Menit
Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret (FH UNS) Prof Dr. I Gusti Ayu K.R.H, S.H.,M.M. Foto: RES
Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret (FH UNS) Prof Dr. I Gusti Ayu K.R.H, S.H.,M.M. Foto: RES

Pengembangan jurnal ilmiah menjadi perhatian serius bagi Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret (FH UNS) Prof Dr. I Gusti Ayu K.R.H, S.H.,M.M. Sebelum menjabat sebagai Dekan FH UNS periode 2019 hingga sekarang, Guru Besar Hukum Administrasi Negara (HAN) ini pernah menjabat sebagai Wakil Dekan Fakultas Hukum UNS dan menjadi Ketua Bagian HAN FH UNS.

Selain mengajar sebagai dosen di FH UNS, beliau juga berpengalaman pernah mengajar di sejumlah PTN dan PTS di antaranya  FH UGM, FH UII, FH Unissula, FH Unisri Surakarta, STIE Kartasura, STIE Trianandra, dan STIE AUB Surakarta.

Wanita yang lahir di Jakarta, 8 Oktober 1972 ini menempuh pendidikan sarjananya di FH UNS serta pendidikan master dan doktor di UGM Yogyakarta. Prof Ayu telah lama menggeluti bidang hukum administrasi negara dan lingkungan hidup. Ia juga aktif dalam sejumlah penelitian dan karya tulis, baik tulisan sendiri maupun karya tulis bersama rekan-rekannya yang lain.

Baca Juga:

Karya tulis ilmiahnya banyak bersinggungan dengan lingkungan hidup dan hukum administrasi negara. Keaktifannya dalam karya tulis menulis membuat ia mengaplikasikan keseriusannya dalam memonitoring klinik jurnal khususnya yang ada di FH UNS.

“Sebuah jurnal merupakan wadah bagi civitas akademika untuk hasil riset yang mereka lakukan. Jurnal yang telah dibuat juga harus sesuai dengan persyaratan Dikti. Jurnal ilmiah secara tidak langsung merupakan wadah diseminasi bagi dosen dan mahasiswa baik untuk S1, S2 dan S3,” ujarnya kepada Hukumonline Pada Jum’at (26/8) lalu.

Lebih dari pada itu, ia mengungkapkan jurnal ilmiah bukan hanya sekadar wadah, namun yang lebih utama dapat membantu progres mahasiswa dan civitas akademika dalam meraih gelar akademiknya melalui jurnal ilmiah.

“Kebetulan di FH UNS seorang mahasiswa baik program S1, S2, Kenotariatan, dan S3 ketika mereka akan melaksanakan ujian akhir mereka harus sudah punya publikasi, baik publikasi juga terindeks internasional maupun jurnal terindeks scopus terutama untuk mahasiswa S3,” lanjutnya.

FH UNS sendiri kini memiliki klinik jurnal yang dikelola dengan baik dengan total pengelolaan mencapai sepuluh jurnal dan segera naik ke level jurnal bereputasi terindeks scopus.

Dengan terus berprogres mengembangkan jurnal terindeks internasional, langkah Ayu dalam pengembangan klinik jurnal di FH UNS rupanya dinilai sebagai bentuk komitmen kepemimpinannya dalam mengembangkan penulisan jurnal ilmiah terindeks internasional.

Hal ini juga dikemukakan oleh Pan Mohamad Faiz, selaku Editor in Chief Journal ConsRev Mahkamah Konstitusi RI.

“Salah satu faktor kunci yang bisa mendorong pengembangan jurnal hukum itu adalah faktor komitmen kepemimpinan. Faktor komitmen inilah yang bisa kita tiru dari Prof Ayu sehingga bisa mendorong berkembanganya jurnal di bawah naungan FH UNS,” jelasnya kepada Hukumonline pada Jum’at (26/8) lalu.

Ia juga mengungkapkan Ayu tidak hanya banyak berbicara mengenai pengembangan jurnal ilmiah, namun juga ‘turun gunung’ untuk mempromosikan agar sebuah jurnal harus terindeks internasional khususnya terindeks scopus.

“Di tengah kesibukannya Prof Ayu, menurut saya beliau sangat produktif. Beliau juga aktif di asosiasi jurnal Indonesia dan ini suatu hal yang luar biasa karena beliau masih mau sharing dan promosi kepada dosen dan mahasiswanya,” ungkap Faiz.

Satu hal yang tidak kalah pentingnya, para pengelola jurnal turut diberikan kepercayaan yang besar mengenai bagaimana cara pengelolaan jurnal dan bukan hanya secara moral, tetapi juga dalam hal materil.

“Satu hal yang juga perlu kita teladani dari pimpinan, baik lingkup universitas, lembaga dan kementerian, bahwa Prof Ayu bisa menghasilkan karya tulis yang bertaraf internasional. Ia membuktikan bahwa bukan secara teori tetapi juga memberi contoh. Sehingga mampu menerjemahkan teoritis menjadi nilai-nilai empiris dalam pengelolaan jurnal,” tutupnya.

Tags:

Berita Terkait