Shinta Nurfauzia: Kejujuran Diri, Kunci Keberhasilan Aktualisasi
#HangingOutWithHukumonline Mother’s Day Celebration 2023

Shinta Nurfauzia: Kejujuran Diri, Kunci Keberhasilan Aktualisasi

Dengan pencapaian profesionalnya yang mentereng, Shinta tak ingin menyempitkan makna perempuan berdaya hanya disematkan kepada ibu yang bekerja. Perempuan hendaknya jujur pada diri sendiri dalam melakukan aktualisasi sehingga versi keberhasilan seorang ibu pun akan beragam.

Tim Hukumonline
Bacaan 3 Menit

Baginya, sang anak boleh saja kelak menekuni profesi pengusaha, pengacara, artist atau apa saja dengan mengutamakan nilai-nilai luhur yang diajarkan ibunya sedari saat ini. “Suatu saat dia akan membangun hidupnya, empire-nya sendiri”, ujar Shinta. Di tengah kesibukannya, Shinta selalu mengupayakan untuk mempunyai quality time bersama anak dengan menemani di waktu makan malam dan hingga sang anak tertidur. Ia juga menegaskan waktu akhir pekan secara penuh dialokasikan untuk keluarga.

Berbicara tentang kesetaraan antara perempuan dan laki-laki di era saat ini, Shinta menilai hal tersebut belum sepenuhnya tercapai meskipun tentunya ada kemajuan-kemajuan yang patut disyukuri. Sebagai contoh, ibu telah diberikan hak untuk cuti melahirkan selama tiga bulan. Namun, durasi cuti yang sama belum diberikan oleh negara kepada sang ayah.

Padahal peran untuk mengasuh anak tidak semata-mata menjadi tanggung jawab ibu saja. Hal inilah yang secara sistematis membuat beban pengasuhan seolah-olah dititikberatkan pada sosok ibu. Oleh karenanya, perlu pendekatan yang lebih sistematis pula dengan menyesuaikan regulasi atau kebijakan, agar kesetaraan dapat terwujud sepenuhnya dalam skala yang lebih besar. Shinta mengakui bahwa untuk mewujudkan hal tersebut tidak bisa instan dan harus perlahan dari waktu ke waktu.

Shinta membagikan kepada Hukumonline, selain penyediaan fasilitas mendasar untuk ibu bekerja seperti ruang laktasi, Lemonilo memberlakukan kebijakan work from home setiap hari Jumat agar karyawan yang juga merupakan seorang ibu dan ayah dapat memiliki lebih banyak kesempatan menghabiskan waktu bersama anak. Ketika ada karyawan yang mengambil cuti untuk keperluan pribadi/keluarga pun, budaya di perusahaan adalah atasan tidak boleh mendemonisasi hal tersebut. Dengan demikian, khususnya bagi karyawan perempuan yang telah berkeluarga, maka mereka tak harus memilih antara bekerja atau menjadi ibu saja melainkan bisa memenuhi kedua peran tersebut dengan baik.

Pada momentum Hari Ibu Nasional 2023 ini, Shinta mengajak lebih banyak lagi perempuan khususnya para ibu untuk mengemukakan suara hatinya dan tidak mudah mengalah dengan keadaan eksternal yang membatasi diri melakukan aktualisasi. “Jangan sampai ada tekanan atau tuntutan sosial yang membuat perempuan mengalahkan dirinya sendiri, sehingga ia menjalani sesuatu dengan hati yang menangis”, ujar Shinta. Ia percaya bahwa percakapan harus senantiasa dibangun agar ke depannya perempuan, khususnya ibu, yang dapat mengaktualisasikan dirinya dengan optimal tidak lagi menjadi suatu fenomena yang spesial.

Tags:

Berita Terkait