Smartphone Sasaran Empuk Cybercrime, Begini Tips Aman dari Polri
Berita

Smartphone Sasaran Empuk Cybercrime, Begini Tips Aman dari Polri

Smartphone jauh lebih mudah dan rentan diserang hacker. Terlebih berbagai transaksi keuangan saat ini banyak dilakukan dari smartphone.

Normand Edwin Elnizar
Bacaan 2 Menit
AKBP Muhammad Nuh Al Azhar. Foto: NEE
AKBP Muhammad Nuh Al Azhar. Foto: NEE

Per Januari 2018 terhitung penggunaan akses internet di Indonesia paling besar melalui perangkat ‘ponsel pintar’ yaitu sebesar 72%. Disampaikan oleh AKBP Muhammad Nuh Al Azhar, berdasarkan hitungan laman statcounter, terjadi lonjakan penggunaan perangkat smartphone untuk akses internet di Indonesia sebesar 5% dibandingkan pada Januari 2017. Tercatat pula dari para pengguna ini semakin banyak yang melakukan transaksi keuangan lewat smartphone. Padahal menurut Nuh, smartphone jauh lebih mudah jadi korban cybercrime oleh hacker.

 

Nuh menjelaskan bahwa kewaspadaan para pengguna smartphone Indonesia dari ancaman cybercrime masih rendah. Di era ketika fintech berkembang dan mudah dilakukan lewat smartphone, berbagai informasi vital disimpan dan dipertukarkan lewat smartphone seperti beragam password akun personal, PIN rekening perbankan, saham, atau kartu kredit.

 

Masih menurut Nuh, nilai transaksi perdagangan secara elektronik (e-commerce) komoditas consumer goods Indonesia per Januari 2018 saja telah mencapai $7 triliun. Berdasarkan data yang dimilikinya, tak kurang 28 juta orang di Indonesia melakukan transaksi e-commerce. Pada saat yang sama, harus disadari cybercrime juga ikut mengintai mencari keuntungan.

 

Pada pelatihan Hukumonline bertema “Memahami Cyber Law, Cyber Crime, dan Digital Forensic Dalam Sistem Hukum Indonesia”, Rabu (7/3) di Hotel Aryaduta, Jakarta, ada sejumlah tips aman yang Nuh bagikan saat diwawancarai hukumonline.

 

“Di mata hacker gadget itu lebih enak di-hack dibanding laptop,” kata Nuh di hadapan para peserta.

 

Ada dua alasan yang dijelaskannya. Pertama, sadar atau tidak para pengguna smartphone biasanya mengaktifkan smartphone selama 24 jam. Ini berbeda dengan kebiasaan mematikan laptop setelah tidak dipakai. Para hacker jauh lebih mudah dan cepat membajak perangkat karena smartphone terus diaktifkan.

 

(Baca Juga: Demi Kepastian Hukum, Tanda Tangan Elektronik Akan Wajib di Setiap Transaksi Elektronik)

 

“Untuk bisa dikendalikan, butuh perangkatnya hidup. Jarang orang matikan ponsel saat tidur, karena hidup 24 jam jadi mudah buat hacker,” kata polisi yang juga Ketua dari Asosiasi Forensik Digital Indonesia (AFDI). 

 

Kedua, smartphone yang dalam keadaan aktif selama 24 jam tersebut juga lazimnya dalam keadaan tersambung dengan internet. “Selain itu juga terkoneksi internet 24 jam. Hacker butuh koneksi internet agar bisa akses target, hidup 24 jam, koneksi internet 24 jam, perfect!” tukasnya.

Tags:

Berita Terkait