SPAK, Agen KPK Penyebar Virus Antikorupsi
Berita

SPAK, Agen KPK Penyebar Virus Antikorupsi

SPAK berhasil mendorong sikap proaktif para perempuan untuk mulai kritis menanyakan asal uang yang diberikan oleh suaminya.

RIA
Bacaan 2 Menit
Spanduk raksasa Saya Perempuan Anti Korupsi. Foto: RES
Spanduk raksasa Saya Perempuan Anti Korupsi. Foto: RES
Di Hari Peringatan Hari Kartini, 21 April 2015, Plt Ketua KPK Taufiqurrahman Ruki menegaskan pentingnya peran perempuan dalam pemberantasan korupsi. Atas pertimbangan itu pula, KPK kemudian menggagas gerakan “Saya Perempuan Antikorupsi” (SPAK) sekira setahun silam.

Melalui SPAK, KPK berharap perempuan dapat menyebarkan virus-virus anti korupsi sejak dini dimulai dari keluarga dan lingkungannya. Dalam usianya yang baru setahun, SPAK ternyata sudah mampu menyebar ke-13 wilayah di Indonesia dengan agen berjumlah 200 orang.

“Hingga Desember 2014 gerakan ini sudah mencapai 20.000 perempuan, itu berarti satu agen SPAK telah melakukan sosialisasi tidak kurang dari 100 orang,” tutur Ruki dalam acara peringatan Hari Kartini di Gedung KPK, Selasa (21/4).

Dalam setahun, lanjut Ruki, SPAK juga telah mencetak sejumlah keberhasilan. Misalnya, SPAK berhasil membebaskan 400 pasangan miskin dari pungutan liar dalam pengurusan identitas hukum di Nusa Tenggara Barat. Di Makassar, SPAK berhasil menghapus kebiasaan memberikan uang transport dan oleh-oleh kepada petugas pengawas yang sebenarnya sudah mendapat fasilitas dari kantor.

Prestasi lainnya, SPAK berhasil mendorong mendorong sikap proaktif para perempuan untuk mulai kritis menanyakan asal uang yang diberikan oleh suaminya. Beberapa istri juga tidak lagi menggunakan fasilitas kantor suami untuk kepentingan pribadi.

“Kini, sudah tumbuh kesadaran dari para ibu yang mulai secara serius mengenalkan dan mengajarkan nilai kejujuran kepada keluarganya dalam kehidupan sehari-hari,” imbuhnya.

Agen SPAK asal Yogyakarta Alimatul Qibtiyah mengatakan para perempuan yang sudah mendapatkan pelatihan SPAK sudah melakukan banyak perubahan. Contohnya, salah seorang istri kepala desa di Yogyakarta sudah menghapuskan uang-uang tambahan untuk pengurusan KTP.

“Istri Kepala Desa di Yogya, dia itu sudah berdiskusi dengan suaminya untuk menghilangkan tentang biaya tambahan ketika mengurus KTP,” ungkap Alimatul.

Agen SPAK asal Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, Rahmawati Karim mengaku sudah mendapatkan izin resmi dari Kantor Bupati Enrekang untuk menjalankan program penyebaran nilai-nilai antikorupsi. Perempuan yang berprofesi sebagai jurnalis ini menggagas program mengisi jam-jam kosong sekolah dengan mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai antikorupsi kepada siswa.

“Saya berpikir kan saya tidak punya uang, tetapi saya mau sampaikan virus-virus ini. Saya berpikir saya harus masuk sekolah. Dari situ akhirnya saya coba masuk ke salah satu ke sekolah namun Kepala Sekolahnya saat itu menyampaikan silakan kembali sebulan lagi karena anak-anak sedang sibuk persiapan ujian,” cerita Rahmawati.

Kepada Wakil Bupati Enrekang, Rahmawati berjanji akan menjalankan programnya tanpa menganggu proses belajar mengajar. Makanya, dia hanya meminta kesempatan masuk kelas ketika jam pelajaran kosong. Rahmawati berhasil meyakinkan Wakil Bupati Enrekang sehingga dia mendapat surat resmi.

“Saya itu bisa kewalahan dalam sehari bisa empat kelas mengisi. Karena saya kan sistemnya kelas ya. Saya juga tidak mau ketika diminta oleh salah satu SMP untuk mengisi dalam lingkup besar, semua siswa digabung satu ruangan, selama 30 menit. Saya bilang kepada mereka ‘biar saya yang sering datang, ndak usah sekaligus’,” papar Rahmawati.

Agen SPAK dari Jakarta, Selly Martini mencetak prestasi dalam lingkup internasional. Tahun 2014 lalu, Selly yang sehari-hari aktif di Indonesia Corruption Watch ini memenangkan Honesty Oscars, sebuah kampanye antikorupsi yang dilakukan Accountability Lab, dimana mereka membayangkan bahwa sebuah gerakan kemanusiaan dan gerakan antikorupsi itu seperti halnya penghargaan terhadap kerja-kerja para seniman.

“Jadi penghargaan itu diberikan kepada aktivis seluruh dunia juga organisasi-organisasi, tentunya direktur-direktur, bagaimana kerja mereka,” tutur Selly.

Dikatakan Selly, Indonesia seharusnya patut berbangga karena saat ini gerakan antikorupsi Indonesia dijadikan referensi gerakan antikorupsi di mancanegara. “Kawan-kawan di Afrika juga sama. Mereka ingin belajar ke kita,” tukasnya.
Tags:

Berita Terkait