Suryadharma Ali Disebut Minta Dibuatkan Kuitansi Backdate
Berita

Suryadharma Ali Disebut Minta Dibuatkan Kuitansi Backdate

Suryadharma membantahnya.

NOV
Bacaan 2 Menit
Rosandi saat bersaksi dalam sidang perkara korupsi Suryadharma Ali di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (12/10). Foto: NOV
Rosandi saat bersaksi dalam sidang perkara korupsi Suryadharma Ali di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (12/10). Foto: NOV

Staf Tata Usaha Pimpinan Kementerian Agama (Kemenag) Rosandi mengatakan, mantan Menteri Agama Suryadharma Ali pernah meminta kuitansi bertanggal mundur (backdate). Hal itu diungkapkan Rosandi saat menjadi saksi dalam sidang perkara korupsi dengan terdakwa Suryadharma di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (12/10).

Rosandi menceritakan, setelah kasus ini mencuat dan Suryadharma tidak lagi menjabat Menteri Agama, Suryadharma sempat memanggil Pejabat Pembuat Komitmen pengelola keuangan pada Sekretaris Jenderal Kemenag periode 2012-2014, Burhanuddin. Lalu, Burhanuddin mengajak Rosandi, Andri Alphen, dan Nurfahmi.

Dalam pertemuan itu, menurut Rosandi, Suryadharma menyodorkan amplop berisi uang dengan maksud mengganti uang DOM yang pernah ia pergunakan untuk kepentingan anak, cucu, dan tes kesehatan istrinya. Suryadharma menanyakan kepada Rosandi, “Kenapa Pak Rosandi nggak lapor ke saya ada hal-hal kayak gini?”

Kemudian, Rosandi menjawab jika dirinya sudah melaporkan kepada Kabag TU Pimpinan Saefuddin A Syafi’i mengenai adanya pengeluaran uang DOM yang tidak seharusnya digunakan untuk kepentingan pribadi. Akan tetapi, Rosandi yang juga merupakan bawahan langsung Kasubag TU Pimpinan Amir Jafar mengaku hanya disuruh mencatat.

Berdasarkan catatan Rosandi, uang yang digunakan untuk membayar keperluan cucu dan anak Suryadharma berasal dari uang DOM. Suryadharma meminta Rosandi membuatkan kuitansi baru dengan tanggal mundur, seolah-olah uang yang digunakan untuk keperluan-keperluan tersebut dibayar di muka.

Namun, Rosandi merasa keberatan dengan permintaan Suryahdarma karena khawatir akan menjadi masalah. Rosandi mengungkapkan, tidak hanya Suryadharma, ada pula istri Suryadharma, Wardatul Asriyah yang meminta agar Rosandi mengaku bahwa catatan pengeluaran DOM tertinggal di laci kantornya.

“Saya bilang, laci saya semua bersih, diangkat KPK. Terus, (Bu Menteri) bilang lagi, ketinggalan di rumah. Saya bilang, mohon maaf bu, kalau di rumah saya, malah salah lagi. Tapi, Pak Burhanuddin colek-colek saya. Katanya, ‘Sudah, kasihan ibu lagi stres. Bawa saja uangnya’. Saya turutin pimpinan, saya bawa,” ujarnya.

Setelah ke luar dari rumah Suryadharma, Rosandi kembali menyampaikan keberatannya kepada Burhanuddin. Keesokan harinya, Rosandi menghadap Burhanuddin sambil membawa kuitansi kosong. Rosandi menyatakan dirinya hanya mau membuatkan kuitansi untuk Suryadharma dengan tanggal sekarang (bukan backdate).

Lalu, Burhanuddin menyerahkan semuanya kepada Rosandi. Burhanuddin mengatakan tidak mau ikut lagi menghadap Suryadharma. Rosandi diminta mengajak orang lain. Alhasil, ketika menghadap Suryadharma, Rosandi mengajak Andri. Dalam pertemuan itu, Suryadharma mengajak Rosandi berdialog di ruang keluarga.

Sembari membuka berkas sitaan KPK, Suryadharma meminta tolong Rosandi mencarikan item-item yang sudah dicentangnya. “Sampai beliau marah melihat yang ada anak cucunya segala. Mungkin Pak Menteri agak emosi, saya maklum, beliau sampai gedor-gedor meja. Niat saya baik mau menolong, tapi Pak Menteri seperti itu,” ucap Rosandi.

Suryadharma yang ketika itu marah, menurut Rosandi, meminta dirinya mengubah kuitansi pengeluaran DOM terkait dengan biaya keperluan anak dan cucunya. Apabila permintaan itu tidak dipenuhi, Suryadharma meminta Rosandi membuat surat pernyataan yang isinya Rosandi lalai menagih uang pengobatan dan uang DOM.

Rosandi pun tidak mau menuruti permintaan Suryadharma untuk membuat surat pernyataan. Rosandi menegaskan dirinya tidak lalai. Ia bahkan telah menyampaikan kepada pimpinannya agar menagihkan pengeluaran DOM yang dipakai untuk kepentingan pribadi kepada Suryadharma. Namun, ia hanya disuruh mencatat saja.

Lebih lanjut, Rosandi mengungkapkan, semua pengeluaran dan pemasukan DOM tercatat dalam buku kasnya. Dalam buku yang telah disita KPK itu, tercantum sejumlah pengeluaran DOM untuk keperluan pribadi Suryadharma dan keluarganya. Seperti membayar biaya pengobatan anak Suryadharma, Sherlita Nabila di RS TNI AU sejumlah Rp12,435 juta.

Biaya pengurusan visa, tiket pesawat, pelayanan bandara, transportasi, dan akomodasi Suryadharma, keluarga dan ajudannya ke Australia untuk mengunjungi Sherlita yang kuliah di Australia sejumlah Rp226,833 juta. Biaya transportasi dan akomodasi Suryadharma, keluarga, dan ajudan berliburan di Singapura sejumlah Rp95,375 juta.

Membayar biaya visa, transportasi, akomodasi, uang saku Suryadharma bersama istri, dua anaknya, Kartika dan Rendika, serta staf pribadi istrinya, Mulyanah Acim dalam rangka pengobatan Suryadharma ke Jerman sejumlah Rp86,736 juta. Biaya tes kesehatan dan membeli alat tes narkoba untuk istri, anak, dan menantu saat Pileg sejumlah Rp1,995 juta.

Ada pula yang ditransfer ke saudara kandung Suryadharma, Titin Maryati sejumlah Rp13,11 juta. Membayar pajak pribadi Suryadharma, langganan tv kabel, internet, perpanjangan STNK mobil Mercedes Benz, pengurusan paspor cucu, diberikan Suryadharma kepada kolega dan untuk kepentingan Suryadharma lainnya sejumlah Rp936,658 juta.

Selanjutnya, ada yang digunakan untuk membayar biaya pengurusan visa, pembelian tiket pesawat, pelayanan bandara, transportasi, akomodasi untuk Suryadharma dan keluarganya ke Inggris sejumlah Rp51,976 juta. Selain itu, ada yang diberikan Suryadharma kepada pihak lain, seperti THR dan sumbangan kolega sejumlah Rp395,685 juta.

Rosandi mengaku pengeluaran DOM untuk keperluan-keperluan itu tidak secara langsung dimintakan Suryadharma kepadanya. Akan tetapi, Rosandi menerima perintah pengeluaran DOM dari pimpinannya, Saefuddin, Abdul Wadud, Amir Jafar, dan Mukmin. Ada pula ajudan dan protokoler yang pernah menagihkan kepada Rosandi.

Walau begitu, Rosandi menegaskan dirinya hanya mencatat pengeluaran dan pemasukan DOM di buku kasnya. Ia tidak mengetahui uang-uang itu dipergunakan untuk kegiatan apa. Ia juga mengaku memiliki satu buku lagi yang mencatat pengeluaran dan pemasukan kurs valuta asing, tetapi buku itu hilang entah kemana.

Keterangan Rosandi ini juga bersesuaian dengan keterangan Saefudin yang diperiksa sebagai saksi pada 6 Oktober 2015 lalu, tetapi tidak bersesuaian dengan keterangan saksi Amir yang bersaksi sebelum Rosandi. Oleh karena itu, Suryadharma membantah seluruh keterangan Rosandi. Menurutnya, banyak catatan-catatan Rosandi yang aneh.

Misalnya, transport istri Suryadharma ke bandara saat mengantarkan anaknya. Kemudian, catatan mengenai sumbangan ke yatim piatu yang jumlahnya ganjil atau tidak bulat. Suryadharma menyatakan jumlah seperti itu tidak mungkin karena selama ini ia selalu memberikan sumbangan dengan jumlah yang bulat.

Dengan demikian, Suryadharma dan tim pengacaranya meminta agar di persidangan berikutnya, Rosandi dikonfrontasi dengan Amir. Namun, penuntut umum KPK Abdul Basyir mengaku sidang berikutnya sudah diagendakan untuk pemeriksaan saksi lain, sehingga konfrontasi akan dilakukan Senin pekan depan.

Untuk diketahui, selain penyelenggaraan ibadah haji tahun 2010-2013, Suryadharma juga didakwa secara melawan hukum atau menyalahgunakan kewenangannya dalam penggunaan DOM tahun 2011-2014. Suryadharma diduga menyelewengkan DOM sejumlah Rp1,821 miliar untuk kepentingan pribadinya.

Tags:

Berita Terkait