Tony Wenas, Terdepan Menjaga Etika Bisnis dalam Perusahaan
CEO of the Month

Tony Wenas, Terdepan Menjaga Etika Bisnis dalam Perusahaan

Di tahun 2022 saja, PT Freeport Indonesia mengklaim perusahaan telah memberi penerimaan negara dari pajak, royalti, deviden, dan pungutan lainnya mencapai Rp 55 triliun. Tony Wenas menekankan pentingnya corporate value menjadi pedoman bagi perusahaan.

Ferinda K Fachri
Bacaan 7 Menit

Hukumonline.com

Bila dihitung dari tahun 1992, PTFI disampaikan Tony sudah memberi kontribusi kepada negara sekitar 25 miliar USD atau setara dengan Rp 393 triliun. Bahkan menurutnya, dari tahun 2018 sampai 2041 diperkirakan kontribusi PTFI kepada negara bisa menyentuh angka 80 miliar USD atau sekitar Rp 1.200 triliun. Dengan rata-rata setiap tahunnya berkisar 4 miliar USD atau Rp 62 triliun.

“Itu diluar kontribusi kita untuk program CSR (Corporate Social Responsibility) bagi masyarakat Papua yang jumlahnya Rp 1,5 sampai Rp 2 triliun setiap tahun. Programnya adalah program kesehatan, pendidikan, infrastruktur, ekonomi berbasis desa, budaya, olahraga, dan lain sebagainya. Saya mau tegaskan di sini, CSR itu bukan dana. Tapi CSR itu bentuknya program. Kalau dana itu sumbangan, donasi, sponsor.”

Sebagai informasi, seperti dilansir CNBC Indonesia, sepanjang tahun 2023, PTFI mencatat sebesar 1,7 miliar pon tembaga dan 2 juta ons emas berhasil diproduksi yang memberi kontribusi besar terhadap pemasukan negara sekaligus kinerja ekspor. Tercatat pula, rata-rata penambangan mencapai 218 ribu ton bijih per hari di awal tahun, dan akan meningkat menjadi 240 ribu ton per hari. Dari produksi 2 juta ons emas pada 2023 itu, perusahaan memberikan sumbangsih kepada negara sekitar Rp 40 triliun.

Saat ini PTFI memiliki sumber daya sebesar 3 miliar ton dan diperkirakan cukup sampai dengan tahun 2050. Dengan area produksi di lahan seluas 9.946 hektare dan area penunjang 116.783 hektar di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, per harinya PTFI memproduksi bijih atau ore berkisar 240.000. Mengutip dari situs resmi PTFI, kini mereka menerapkan teknik penambangan bawah tanah.

Mulai tahun 2024 ini, PTFI bakal mengirim semua konsentrat tembaga ke smelter dalam negeri. Hal ini bagian dari proyek ekspansi kapasitas PT smelter  (smelter pertama yang dibangun PTFI) untuk meningkatkan penyerapan pengolahan konsentrat dari 1 juta ton menjadi 1,3 juta ton per tahun untuk smelter pertama. Dan pembangunan smelter baru dengan kapasitas 1,7 juta ton konsentrat per tahun dan dapat menghasilkan 600.000 ton katoda tembaga per tahun berlokasi di Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur. 

Corporate Value

Sebelum menduduki posisi puncak di perusahaan tambang terbesar yang berlokasi di Timika, Papua itu, Tony Wenas telah melanglang buana di beberapa perusahaan besar mulai dari posisi legal corporate (in-house counsel) hingga direksi. “(Awalnya memulai karir) saya kerja di ARCO Indonesia. Lalu pindah ke PT Bank Merincorp (tahun 1991-1993), sempat juga di PT Bakrie Communications Corporations (1994-1999). Berlanjut ke PT Pasifik Satelit Nusantara (1999-2001) yang belum lama meluncurkan Satelit Satria. Dari situ saya ke PTFI (di tahun 2001 sampai dengan 2010),” kenangnya dalam wawancara eksklusif dengan Hukumonline.

Alumnus Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) ini memang memiliki rekam jejak yang amat kuat sebagai pucuk pimpinan perusahaan. Ia pernah menjabat sebagai Presiden Direktur (Presdir) di PT Riau Andalan Pulp and Paper (2015-2017) dan PT Berkat Resources Indonesia (dari 2014), President & CEO di PT Vale Indonesia Tbk (2010-2011). Bahkan, pernah menjadi Country Head and Executive General Manager Intrepid Mines Limited (2012-2014).

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait