Media sosial kini jadi salah satu tempat di mana penawaran VCS (video call sex) atau layanan prostitusi daring marak ditemukan. Jumlah tawaran akan VCS kian meningkat dari waktu ke waktu. Konon, tarif VCS tidaklah mahal. Namun, apakah “kepuasan” yang diberikan sepadan dengan jerat hukum yang mengintai? Simak ulasan selengkapnya.
Pengertian Open BO dan VCS
Bila membahas VCS, istilah open BO juga perlu dilibatkan. Sebab, kemunculannya hampir selalu bersamaan dan keduanya sama-sama merupakan layanan prostitusi daring.
VCS adalah jasa layanan seksual daring yang menggunakan gawai dan aplikasi media sosial sebagai sarananya. Aplikasi dengan penawaran VCS video atau yang dikenal juga sebagai VCS real saat ini makin banyak bentuknya, seperti layanan VCS Twitter, VCS Instagram, VCS Telegram, VCS Whatsapp (WA), bahkan ada pula yang menawarkan layanan grup VCS WA sebagai medianya.
Berbeda dengan arti VCS, open BO berarti ‘open booking’ alias melakukan “pemesanan”. Runutan transaksi open BO tidak sepenuhnya daring. Penawaran dan pemesanan memang dilakukan secara daring. Namun, “transaksi” yang dikehendaki akan dilaksanakan secara langsung di lokasi yang telah disepakati. Open BO dapat disebut juga sebagai layanan prostitusi dengan mengandalkan media sosial sebagai media promosi.
Bahaya VCS dan Open BO
Dari definisi, baik VCS dan open BO jelas masuk dalam kategori kejahatan seks elektronik atau cybersex crime. Medical Journal Indonesia (MJI) menerangkan bahwa aktivitas cybersex mengacu pada semua aktivitas penggunaan internet yang mencakup konten seksual untuk rekreasi, hiburan, eksplorasi, pendidikan, perdagangan, hingga mencari pasangan seksual atau romantis. VCS masuk dalam kategori rekreasi dan hiburan seksual, sedangkan open BO masuk dalam kategori perdagangan dan mencari pasangan seksual.
MJI menyebutkan bahwa ada konsekuensi atau bahaya yang mengintai pelaku cybersex. Ada tiga konsekuensi yang dapat terjadi, yakni aspek kemampuan interpersonal, psikologis, dan kriminalitas. Jika tidak dideteksi sejak dini, akan lebih banyak perilaku berisiko lainnya yang dapat mengintai. Berikut uraian lengkap ketiga risiko tersebut.
● Kemampuan Interpersonal
Hubungan pelaku cybersex dengan orang lain akan memburuk. Tidak hanya itu, aktivitas seksual dengan pasangan juga akan ikut memburuk. Hal senada juga dikemukakan oleh IOSR Journal of Humanities and Social Science yang menerangkan bahwa harga yang harus dibayar untuk aktivitas cybersex bukan hanya persoalan uang, namun hubungan dengan orang lain. Pasalnya pelaku cybersex akan merasa terpuaskan di awal.