Yuris Perempuan Sapu Bersih Gelar Penghargaan di Wisuda STHI Jentera
Terbaru

Yuris Perempuan Sapu Bersih Gelar Penghargaan di Wisuda STHI Jentera

Masing-masing meraih gelar Wisudawan Berprestasi, Wisudawan dengan IPK Tertinggi, dan Penulis Skripsi Terbaik. Salah satunya mencatat rekor pertama STHI Jentera sebagai lulusan dengan dua gelar penghargaan sekaligus sebagai Wisudawan dengan IPK Tertinggi dan Penulis Skripsi Terbaik.

Normand Edwin Elnizar
Bacaan 3 Menit
Tiga wisudawati terbaik Siti Ismaya, Mentari Anjhanie Ramadhianty, Aisyah Asyifa saat berfoto bersama Ketua STHI Jentera Arief T Surowidjojo. Foto: RES
Tiga wisudawati terbaik Siti Ismaya, Mentari Anjhanie Ramadhianty, Aisyah Asyifa saat berfoto bersama Ketua STHI Jentera Arief T Surowidjojo. Foto: RES

Wisuda Sekolah Tinggi Hukum Indonesia (STHI) Jentera kali keempat diwarnai prestasi para perempuan. Tiga orang yuris perempuan baru mencatatkan diri sebagai penerima penghargaan Wisudawan Berprestasi, Wisudawan dengan IPK Tertinggi, dan Penulis Skripsi Terbaik. Mereka adalah Aisyah Asyifa, Siti Ismaya, dan Mentari Anjhanie Ramadhianty. Penghargaan diberikan dalam gelaran wisuda STHI Jentera, Kamis (8/9/2022) di Ballroom Gedung AD Premier, Jakarta.

Tiga yuris muda ini memulai studi mereka di STHI Jentera tahun 2018. Mereka mengaku baru mengenal STHI Jentera saat mencari kampus untuk melanjutkan studi. Aisyah Asyifa lulus dengan IPK 3,75 bergelar Wisudawan Berprestasi; Siti Ismaya lulus dengan IPK 3,89 bergelar Wisudawan dengan IPK Tertinggi; dan Mentari Anjhanie Ramadhianty lulus dengan IPK 3,89 bergelar Wisudawan dengan IPK Tertinggi sekaligus dinobatkan sebagai Penulis Skripsi Terbaik.

Hukumonline.com

Tiga wisudawati STHI Jentera terbaik: Siti Ismaya, Mentari Anjhanie Ramadhianty, Aisyah Asyifa.  

Baca Juga:

Berikut ini petikan wawancara Hukumonline dengan ketiga yuris perempuan ini usai acara wisuda.

Apa yang paling mengesankan dari studi hukum di STHI Jentera?

Ismaya: Kesan yang paling saya rasakan itu metode pembelajarannya. Orang-orang kira kuliah hukum itu menghapal pasal. Saya ambil peminatan hukum pidana dan sama sekali tidak menghapal pasal, tapi ditekankan paham konsep dan menerapkannya dalam kasus. Saya rasakan manfaatnya terutama saat magang saat semester tujuh di lembaga bantuan hukum.

Mentari: Paling mengesankan adalah bagaimana Jentera bisa menguji dan mengubah perspektif saya. Saya kagum dengan metode pembelajaran seperti yang Ismaya bilang. Hal pertama yang menarik adalah tersedia mata kuliah Pemikiran Hukum yang isinya Feminist Legal Method.

Aisyah: Secara umum sama dengan Ismaya dan Mentari. Hal lain yang berkesan buat saya adalah kelas kecil yang tersedia. Kami bisa belajar dalam interaksi optimal, kami seperti diskusi alih-alih diberikan ceramah kuliah.

Metode pembelajaran seperti apa itu?

Mentari: Jadi, dosen nggak ceramah dari awal sampai akhir, tapi lebih menekankan interaksi dengan mahasiswa. Pertukaran ilmu pengetahuan lewat diskusi. Selalu ada waktu berkualitas untuk diskusi dosen dengan mahasiswa atau diskusi antara mahasiswa selama kelas berlangsung.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait