Ujian Pengacara di Amerika Bisa Bikin Jantungan
Fokus

Ujian Pengacara di Amerika Bisa Bikin Jantungan

Kalau kita membaca novel tentang hukum, seperti novel-novel John Grisham, bar exam atau ujian pengacara selalu digambarkan sebagai momok yang sangat menakutkan. Ujian itu digambarkan bisa membuat calon pesertanya menderita stres selama berbulan-bulan. Bahkan, ada peserta yang sakit jantungan dibiarkan saja.

Nay/APr
Bacaan 2 Menit
Ujian Pengacara di Amerika Bisa Bikin Jantungan
Hukumonline

Tulisan berikut ini tidak untuk membandingkan bar exam di AS dengan ujian pengacara di Indonesia. Namun, laporan pandangan mata peserta ujian bar exam di Negara Pama Sam ini bisa jadi gambaran bagi para calon peserta yang tengah menyiapkan diri untuk menghadapi ujian pengacara praktek di Indonesia (Jakarta) yang akan dilakukan pada Rabu (17/4).

Ujian pengacara di New York dianggap sebagai bar exam terberat sedunia. Karena itulah  James Burnett, reporter JD Jungle, sampai merasa perlu untuk membuat laporan pandangan mata "tanpa berkedip" pada hari dilaksanakannya bar exam di New York. Laporan Burnett tersebut menarik untuk disimak. Berikut sedikit kutipan dari laporannya.

Datang pagi-pagi

Pukul enam pagi, tiga jam sebelum tes dimulai pada 24 Juli 2001 di Jacob K. Javits Convention Center, Manhattan, para peserta ujian mulai berdatangan. Andrew Gershon, alumni Hofstra Law School terlihat mondar-mandir di ruang masuk di atas ruang ujian yang masih terkunci.

"Kalau sisa hidup Anda bergantung pada momen ini, tidur bukan sesuatu yang mudah," ujar Gershon. Sementara itu Jessica Greenberg, lulusan University of Pennsyvnia, mengatakan bahwa ia sebenarnya akan datang lebih pagi lagi, kalau saja ayahnya tidak  menyarankan agar ia mencoba tidur lebih lama.

Sebenarnya jika dibandingkan bar exam tahun-tahun sebelumnya, Gershon dan Greenberg tidaklah terlalu pagi. Tahun lalu, calon peserta yang gelisah sudah mulai datang pada pukul 5 pagi dan harus menunggu satu jam di luar sebelum pintu  convention center dibuka oleh satpam.

Pukul 7.30, koridor sudah dipenuhi oleh calon peserta ujian yang senewen. Di dekat Gershon, Mary Devin memegang erat-erat biji rosarionya  yang telah diberkati oleh Paus. Pacarnya, John Hewitt, duduk di sebelahnya.

Walaupun saat itu udara musim panas terasa hangat, Gershon mengenakan sweater abu-abu usang yang sudah bulukan. "Dia selalu menggunakan sweater Duke tersebut setiap kali menjalani ujian selama di Law School. Ia kelihatan seperti tunawisma, tapi ia pikir sweater itu menyimpan pengetahuan. Bagaimana bisa dicegah," ujar Mary Devin.

Halaman Selanjutnya:
Tags: