OTT Rugikan Operator Telekomunikasi
Berita

OTT Rugikan Operator Telekomunikasi

OTT akan menjadi salah satu pemicu yang membebani jaringan para operator di tahun mendatang.

fnh
Bacaan 2 Menit
OTT (Over the Top) Rugikan Operator Telekomunikasi. Foto: Ilustrasi (SGP)
OTT (Over the Top) Rugikan Operator Telekomunikasi. Foto: Ilustrasi (SGP)

Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) mengungkapkan jasa telekomunikasi tradisonal seperti voice dan SMS tengah mengalami penurunan. Bahkan, pasar sudah mengalami kejenuhan (saturated market) sehingga operator telekomunikasi berlomba mencari peluang baru di pasar bisnis data yang tengah tumbuh signifikan.

Dari data yang dipaparkan ATSI, pada awal tahun ini, penetrasi SIM card dibandingkan dengan jumlah penduduk tercatat telah mencapai 110 persen atau sebanyak 250 juta nomor. Sementara, belanja modal yang dihabiskan selama 2011 diperkirakan sebesar Rp30 Triliun, di mana 90 persen digunakan untuk peningkatan jaringan dan layanan data. Untuk tahun 2012, industri masih memfokuskan penggunaan capex untuk pengembangan layanan data atau broadband hingga 60 persen.

Pertumbuhan industri telekomunikasi pada tahun ini diperkirakan berkisar antara 8 hingga 9 persen. Pertumbuhan terbesar pada layanan data dan internet yang mencapai lebih dari 100 persen. Jika melihat trend ini, harapan industri telekomunikasi terhadap jasa data cukup besar.

Permasalahannya, keuntungan dari usage jarigan data tidak hanya dinikmati oleh operator telekomunikasi penyelenggara jaringan. Keuntungan juga dinikmati para pemain bisnis besar di internet yang biasa dikenal dengan Over the Top (OTT), seperti layanan Blackberry dari Research in Motion (RIM), skype, google, facebook, twitter dan sejenisnya.

“Permasalahan ini sudah menjadi concern global. Tahun lalu sudah muncul dan sekarang kian menajam,” kata Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Muhammad Budi Setiawan, dalam acara Indonesian ICT Outlook 2012: Resisting the Doomsday of Telco Players di Jakarta, Rabu (14/3).

Menurutnya, pihak operator cenderung menyalahkan OTT yang mengawali bisnis ini dengan memberikan user serba gratis dan bergantung pada iklan. Sementara OTT selalu berpendirian bahwa mereka mempunyai kontribusi menarik user sebagai subscriber Telco dan merasa telah ikut menguntungkan operator. Dia mengatakan, solusi yang menarik dan fair adalah menerapkan semacam interkoneksi antara Telco operator dan OTT.

“Teknis detailnya perlu dipelajari lagi dan sudah dialami di Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI). Sementara penerapannya di Indonesia harus menunggu inisiasi yang dijalankan secara global,” tambah Budi.

Tags: