Satu demi satu calon Ketua Umum Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI) mendeklarasikan dirinya. Berbeda dengan kandidat lain yang memilih Jakarta sebagai ‘panggung deklarasi’, Jamaslin James Purba justru memilih Medan, Sumatera Utara. Jumat lalu (13/2), di sebuah restoran di kota Medan, James resmi mendeklarasikan dirinya.
Kepada hukumonline, Selasa (17/2), James menjelaskan alasan dirinya memilih Medan sebagai tempat deklarasi. Menurut James, Medan dipilih karena ibukota Provinsi Sumatera Utara itu adalah kampung halamannya. James ingin menunjukkan bahwa dia bangga sebagai putra daerah.
“Mereka (advokat Medan) sangat antusias bahwa saya mau melakukan deklarasi di Medan karena yang lain-lain kan di Jakarta. Mereka mengapresiasi orang Jakarta menghargai daerah. Jadi, mereka sangat senang karena putra daerah datang ke Medan dan menyatakan deklarasinya di sana,” cerita James kepada hukumonline.
Selain tempat, yang berbeda dari acara deklarasi James adalah advokat yang dikenal handal di bidang kepailitan ini deklarasi tanpa calon Wakil Ketua Umum atau Sekretaris Jenderal. Soal ini, James berdalih dalam pemilihan Ketua Umum PERADI yang seharusnya dijual adalah sosok sang calon ketua umum.
“Saya yakin figur saya sangat layak jual,” sebut James percaya diri.
Sebagaimana diketahui, sebelumnya, Juniver Girsang mendeklarasikan diri sebagai calon Ketua Umum bersama Harry Ponto sebagai calon Wakil Ketua Umum. lalu, Fauzie Yusuf Hasibuan mendeklarasikan diri sebagai calon Ketua Umum bersama Thomas Tampubolon sebagai calon Sekretaris Jenderal.
Saat deklarasi, James mengusung semangat advokat muda untuk membawa PERADI ke arah yang lebih baik. James meyakini advokat muda lebih energik dan berani mendorong perubahan positif, sedangkan advokat yang senior cenderung stagnan karena mungkin mereka menjadi bagian dari masa lalu.
“Beberapa senior mungkin tidak mengetahui kiprah saya selama ini di organisasi seperti apa. Bahwa yang namanya muda itu kan belum tentu juga lebih muda pengalamannya dalam berorganisasi,” jelas James seraya mengklaim mendapat dukungan dari advokat muda maupun senior.
Jika terpilih sebagai Ketua Umum PERADI, James berjanji akan fokus melakukan pembenahan internal organisasi. Menurutnya, masih banyak permasalahan-permasalahan yang belum terselesaikan di PERADI.
Sebagai contoh, James menyebut pelantikan advokat baru, dimana ada sejumlah calon advokat yang sudah dua tahun magang tetapi belum bisa dilantik. Lalu, ada persoalan kartu anggota yang belum rampung tercetak.
“Permohonan rekomendasi dari advokat asing untuk bekerja di lawfirm Indonesia itu bahkan ada yang sampai tahunan nggak dibereskan,” tukasnya.
Berkaca dari perjalanannya ke sejumlah DPC di daerah, James melihat perlu adanya pembenahan dalam hal alokasi keuangan. Menurutnya, perlu diperhatikan soal pembagian yang adil kepada DPC-DPC PERADI yang tersebar di seluruh Indonesia. “Iuran yang dipungut oleh PERADI itu seharusnya kan dikembalikanlah sekian persen untuk DPC supaya DPC ini bisa hidup,” imbuhnya.
Sebagai gambaran, James menyebut contoh DPC PERADI Medan yang membangun kantor DPC sendiri, tanpa bantuan DPN PERADI. Apa yang dilakukan DPC PERADI Medan, menurut James, adalah bentuk kecintaan advokat di daerah kepada organisasi profesi mereka, PERADI.
“PERADI itu anggotanya kan ada di DPC-DPC, berarti kemudian yang melaksanakan program PERADI itu adalah DPC untuk kepentingan angotanya. Perlu kita pikirkan pembagian yang adil supaya DPC ini bisa bergerak dan beraktivitas. Karena DPC ini kan juga memerlukan uang operasional untuk sekretariat, buat bayar staf, bayar listrik, bayar telepon, dan segala macam,” tutur James.
Kepada hukumonline, Selasa (17/2), James menjelaskan alasan dirinya memilih Medan sebagai tempat deklarasi. Menurut James, Medan dipilih karena ibukota Provinsi Sumatera Utara itu adalah kampung halamannya. James ingin menunjukkan bahwa dia bangga sebagai putra daerah.
“Mereka (advokat Medan) sangat antusias bahwa saya mau melakukan deklarasi di Medan karena yang lain-lain kan di Jakarta. Mereka mengapresiasi orang Jakarta menghargai daerah. Jadi, mereka sangat senang karena putra daerah datang ke Medan dan menyatakan deklarasinya di sana,” cerita James kepada hukumonline.
Selain tempat, yang berbeda dari acara deklarasi James adalah advokat yang dikenal handal di bidang kepailitan ini deklarasi tanpa calon Wakil Ketua Umum atau Sekretaris Jenderal. Soal ini, James berdalih dalam pemilihan Ketua Umum PERADI yang seharusnya dijual adalah sosok sang calon ketua umum.
“Saya yakin figur saya sangat layak jual,” sebut James percaya diri.
Sebagaimana diketahui, sebelumnya, Juniver Girsang mendeklarasikan diri sebagai calon Ketua Umum bersama Harry Ponto sebagai calon Wakil Ketua Umum. lalu, Fauzie Yusuf Hasibuan mendeklarasikan diri sebagai calon Ketua Umum bersama Thomas Tampubolon sebagai calon Sekretaris Jenderal.
Saat deklarasi, James mengusung semangat advokat muda untuk membawa PERADI ke arah yang lebih baik. James meyakini advokat muda lebih energik dan berani mendorong perubahan positif, sedangkan advokat yang senior cenderung stagnan karena mungkin mereka menjadi bagian dari masa lalu.
“Beberapa senior mungkin tidak mengetahui kiprah saya selama ini di organisasi seperti apa. Bahwa yang namanya muda itu kan belum tentu juga lebih muda pengalamannya dalam berorganisasi,” jelas James seraya mengklaim mendapat dukungan dari advokat muda maupun senior.
Jika terpilih sebagai Ketua Umum PERADI, James berjanji akan fokus melakukan pembenahan internal organisasi. Menurutnya, masih banyak permasalahan-permasalahan yang belum terselesaikan di PERADI.
Sebagai contoh, James menyebut pelantikan advokat baru, dimana ada sejumlah calon advokat yang sudah dua tahun magang tetapi belum bisa dilantik. Lalu, ada persoalan kartu anggota yang belum rampung tercetak.
“Permohonan rekomendasi dari advokat asing untuk bekerja di lawfirm Indonesia itu bahkan ada yang sampai tahunan nggak dibereskan,” tukasnya.
Berkaca dari perjalanannya ke sejumlah DPC di daerah, James melihat perlu adanya pembenahan dalam hal alokasi keuangan. Menurutnya, perlu diperhatikan soal pembagian yang adil kepada DPC-DPC PERADI yang tersebar di seluruh Indonesia. “Iuran yang dipungut oleh PERADI itu seharusnya kan dikembalikanlah sekian persen untuk DPC supaya DPC ini bisa hidup,” imbuhnya.
Sebagai gambaran, James menyebut contoh DPC PERADI Medan yang membangun kantor DPC sendiri, tanpa bantuan DPN PERADI. Apa yang dilakukan DPC PERADI Medan, menurut James, adalah bentuk kecintaan advokat di daerah kepada organisasi profesi mereka, PERADI.
“PERADI itu anggotanya kan ada di DPC-DPC, berarti kemudian yang melaksanakan program PERADI itu adalah DPC untuk kepentingan angotanya. Perlu kita pikirkan pembagian yang adil supaya DPC ini bisa bergerak dan beraktivitas. Karena DPC ini kan juga memerlukan uang operasional untuk sekretariat, buat bayar staf, bayar listrik, bayar telepon, dan segala macam,” tutur James.