Keluh Kesah Multiple Choice Ujian PPAT, ‘Menjebak’ dan Bikin Pusing Peserta
Berita

Keluh Kesah Multiple Choice Ujian PPAT, ‘Menjebak’ dan Bikin Pusing Peserta

Ada yang ingin model esai untuk ujian pembuatan akta, namun ada juga melihat model pilihan ganda menguntungkan peserta ujian.

Oleh:
NNP
Bacaan 2 Menit
Tumpukan soal ujian PPAT 2016. Foto: NNP
Tumpukan soal ujian PPAT 2016. Foto: NNP
Ujian Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) tahun 2016 telah digelar kemarin, Minggu (6/11). Ribuan peserta setidaknya telah menyelesaikan satu tahap berat sebelum mereka mengemban jabatan PPAT. Menariknya, selain diikuti dengan peserta terbanyak sepanjang sejarah ujian PPAT, agaknya ujian ini tahun menjadi ujian yang paling membuat pesertanya ‘pusing tujuh keliling’, kira-kira kenapa ya?

Salah seorang peserta ujian PPAT, Lury Elza Alex mengalami sedikit kebingungan ketika ingin menjawab soal ujian. Menurutnya, soal-soal yang diujikan tidaklah terlalu sulit atau mudah, alias sedang-sedang saja. Hanya saja, pilihan jawaban yang ada dalam setiap soal cukup membuat notaris Kota Bekasi itu memutar otak.  

“Soal yang sekarang ini agak-agak tricky, agak menjebak. Jadi kita agak-agak bingung. Misalnya A dan B yang benar, ‘iya juga ya A dan B yang benar’. Padahal menurut saya hanya A yang benar, nah itu yang menjebaknya,” kata Lury saat ditemui usai ujian sesi pertama di kampus Universitas Tarumanegara, Minggu (6/11).

Hal senada juga disampaikan peserta ujian yang lain, A Haryati Ardi. Tak cuma banyak soal yang menjebak, model soal pilihan ganda tersebut dinilai membawa konsekuensi tersendiri buat peserta. Selain harus lebih teliti ketika membaca soal dan menentukan jawabannya. Model pilihan ganda, kata Haryati, menyulitkan peserta ketika mengejar nilai ambang batas (passing grade) lantaran ketika jawaban yang dipilih salah maka tidak akan mendapat poin sama sekali. (Baca Juga: Resmi Digelar, Ujian PPAT ‘Patok’ Passing Grade Minimal 7)

“Tapi ya itu ya, memang banyak banget yang menjebak. Harus bener-bener teliti bacanya. Apalagi kan pilihan ganda sama esai memang beda, kalau esai salah kita dapat poin, kalau pilihan ganda satu salah, sudah dapat nol,” sebut Haryati.

Poin yang disebut Haryati agaknya juga menjadi poin yang sama dengan peserta yang lain. Ditemui usai ujian di lokasi berbeda, yakni di kampus Universitas Trisakti, peserta ujiian PPAT lainnya, Moch Zainal mengatakan ujian model pilihan ganda selain lebih rumit dan menjebak, dinilai menyulitkan peserta dalam mengejar poin yang ditentukan oleh panitia ujian PPAT.

Zainal yang juga merupakan notaris asal Kabupaten Berau, Kalimantan Timur itu menilai ujian dengan model esai untuk pembuatan akta adalah yang paling tepat. Apalagi dalam ujian kemarin, soal mengenai akta dibuat seperti ‘berseri’ di mana satu pertanyaan masih ada kaitan dengan pertanyaan yang di atasnya. Selain mesti teliti, kata Zainal, peserta juga wajib menguasai materi ujian lebih dari ‘sekedar tahu’ soal pengertian melainkan lebih dari itu, yakni pemahaman mendalam.

“Dari soal 1 sampe 10, itu masih ada sangkut pautnya dengan cerita nomor 1. Dan itu yang membuat saya pusing, sempat stres, sempet bingung. Akhirnya menjawabnya apa yang mengena di hati,” kata Zainal.

Sementara itu, dari segi substansi soal ternyata menjadi perhatian tersendiri bagi peserta, salah satunya, Mohamad Nuh. Menurutnya, substansi soal yang diujikan buat peserta tidak hanya berdasarkan kisi-kisi materi ujian melainkan juga diambil berdasarkan pengalaman-pengalaman yang selama ini dialami secara langsung oleh para notaris dan PPAT. Sehingga, peserta yang memahami kisi-kisi materi ujian sekalipun akan merasa kesulitan dalam menjawab soal.

“Peserta ujian PPAT tahun ini dibuat shockterapy. Pasti terkejut melihat soal itu. Jangankan untuk menjawab soal, untuk membaca soal saja, kita pening kepala,” ujar Nuh yang juga seorang notaris dari Kabupaten Pandeglang itu.

Tak cuma itu, dengan bentuk soal pilihan ganda, kata Nuh, tingkat kelulusan peserta menjadi sulit diprediksi bahkan oleh peserta sendiri. Setelah melihat soal ujian, ia meyakini peserta akan merasa terganggu tingkat kepercayaan dirinya sekalipun telah menguasai materi ujian dengan baik.

“Angkat jempol buat BPN yang sesingkat ini bisa melaksanakan ujian PPAT yang tertib dan baik,” tutup Nuh.

Lain daripada yang lain, peserta ujian yang ditemui hukumonline ini mengaku malah lebih diuntungkan dengan ujian model pilihan ganda ini. Menurut Primastika Sandi, salah satu keuntungan model soal pilihan ganda adalah ia tak harus menghafal materi secara mati-matian ‘di luar kepala’.

Kata Tika –sapaan akrab Primastika-, dengan model pilihan ganda, peserta bisa lebih mudah karena jawaban telah disediakan dan tinggal dipilih. Kuncinya, peserta mesti paham dan mengerti konteks yang dipertanyakan dalam soal ujian. Sehingga, ketika lupa sekalipun, peserta bisa memilih jawaban yang paling sesuai konteksnya dengan soal yang diujikan.

“Iya, karena cuma cukup dibaca aja yang penting tahu dan ngerti. Kalau esai kan harus hafal mati (banget). Ini ngga harus hafalan banget, yang penting baca, tahu, bisa jawab. Terus kalau ngga tahu bisa dikira-kira aja. (meskipun) kalau esai ada upah nulis kalau salah, tapi aku lebih suka PG (pilihan ganda) sih tetep,” tutup Tika

Untuk sekedar informasi, panitia penyelenggaraan ujian PPAT sedikit mengubah format ujian dari penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya. Dirjen Hubungan Hukum Keagrariaan pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), RB Agus Widjayantomengatakan bahwa ujian PPAT tahun ini menggunakan model soal pilihan berganda (multiple choice) untuk seluruh sesi ujian.(Baca Juga: Ujian PPAT 2016 akan Digelar Satu Hari Penuh)

“Sekarang semua kita buat multiple choice,” ujar Agus saat diwawancara disela-sela ujian di Kampus Trisakti Grogol, Minggu (6/11).

Agus menyebutkan bahwa  pada sesi pertama peserta ujian diminta menjawab sebanyak 100 soal ujian dengan materi Hukum Pertanahan Nasional dan Organisasi Kelembagaan Kementerian, Pendaftaran Tanah, dan Peraturan Jabatan PPAT. Sementara itu, pada sesi kedua, peserta ujian kembali disuguhkan dengan ratusan soal dengan materi Pembuatan Akta PPAT dan Kode Etik Profesi PPAT.

Dikatakan Agus, untuk materi Pembuatan Akta PPAT juga dibuat dengan format pilihan ganda. Hal itu dilakukan agar proses pemeriksaan bisa lebih mudah karena diperiksa secara komputerisasi. Selain lebih mudah dalam teknis pemeriksaan, model pilihan ganda dipakai agar hasil ujian bisa diumumkan dalam waktu yang tidak terlalu lama.

“Ya pokoknya kita usahakan cepat lah. Mudah-mudahan bisa cepat,” ujar Agus yang masih enggan menyebut tanggal pasti pengumuman ujian PPAT.

Selain itu, ujian PPAT tahun ini diikuti sebanyak 7.110 peserta. Jumlah itu telah dikurangi ketika tahap seleksi administrasi dari total pendaftar yang hampir mencapai 10 ribu peserta. Hasil itu adalah wajar mengingat ujian PPAT baru digelar kembali tahun ini setelah moratorium selama tiga tahun lamanya. Terakhir kali, digelar di Universitas Indonesia yang saat itu hanya diikuti oleh kurang lebih 3.000 peserta. (Baca Juga: Resmi Ditutup, Jumlah Pendaftar Ujian PPAT Hampir 10 Ribu)
Tags:

Berita Terkait