Anarkis
Tajuk

Anarkis

Hukum akan ditaati kalau itu membawa manfaat bagi anggota masyarakat.

RED
Bacaan 2 Menit

 

Apa yang diidentifikasi Mochtar 40 tahun yang lalu kiranya masih relevan sampai hari ini. Misalnya gerakan penyebaran berita hoax dan informasi yang palsu, menyesatkan dan kebencian, sudah ada sejak dahulu dalam masyarakat kita. Mungkin tidak sedahsyat sekarang, karena dulu kita tidak punya akses ke sistem informasi yang massal seperti sekarang.

 

Banyak konflik politik, sosial, agama, etnis dan lain-lain terjadi karena berita hoax dan ujaran kebencian. Mochtar sudah memetakannya empat dasawarsa yang lalu, tetapi saya yakin bahwa kalau ditarik lebih ke belakang, sejarah menunjukkan bahwa sifat-sifat itu sudah hadir dalam kehidupan manusia Indonesia sejak dulu sekali. Hampir semua sifat yang diidentifikasi oleh Mochtar menggambarkan sifat-sifat negatif. Sifat positif nyaris tidak terpetakan.

 

Apakah ini didorong oleh pengalaman pribadinya yang diperlakukan buruk oleh Orde Lama dan Orde Baru? Saya juga tidak tahu. Apapun latar belakangnya, kita masih dibuat sadar oleh hasil identifikasi itu dalam mencoba mengerti dan menghadapi semua persoalan kita dimasa kini.

 

Kalau mau jujur, sifat-sifat manusia Indonesia yang dipetakan oleh Mochtar tersebut juga hadir sebagai sifat-sifat manusia pada umumnya di manapun dia berada, terlepas dari kebangsaan, latar belakang etnis, agama, sosial dan budayanya. Di mana-mana ada sifat-sifat yang menimbulkan kondisi anarkis, chaotic, dan pembangkangan terhadap hukum. Yang menjadi perhatian saya sebagai seorang jurist, tentunya adalah sifat anarkis yang sangat menonjol dalam kehidupan manusia Indonesia.

 

Para ahli, pembuat undang-undang, dan penegak hukum serta masyarakat sipil sudah mencoba menggali semua kemungkinan untuk meningkatkan ketaatan pada hukum dari warga negara. Sepertinya semua upaya sudah dicoba dilakukan. Dari hukuman yang berat, mencari solusi dengan melihat akar sosial dan budaya manusia Indonesia, sampai dengan mencoba melakukan revolusi mental sebagaimana dicanangkan oleh Presiden Jokowi sejak dia berkampanye dan kemudian terpilih.

 

Ada kesadaran baru bahwa ini bukan melulu karena hukumnya, bukan semata karena penegak hukumnya, dan tentu kita tidak bisa menyalahkan akar sosial dan budaya kita sendiri yang kita agung-agungkan, bahwa kita adalah manusia berbudaya tinggi, ramah dan punya kadar toleransi yang tinggi.

 

Ini adalah masalah sederhana. Ini masalah insentif. Sifat dasar manusia di manapun di dunia pada dasarnya sama. Mereka tidak mau merugi. Apapun yang dilakukan selalu dicari imbalannya, manfaatnya, dan keuntungannya buat mereka. Selfish? Iya, tetapi jujur saja itu kodrat kita sebagai manusia.

Halaman Selanjutnya:
Tags: