Bapak Hukum Humaniter Pencinta Buku
Mengenang Haryomataram

Bapak Hukum Humaniter Pencinta Buku

Dinilai memiliki sosok yang tenang, kalem, dan puas menerima apa yang dia miliki dalam hidup.

Oleh:
ALI
Bacaan 2 Menit
Peluncuran buku Hukum Humaniter karya mendiang Prof Haryomataram. Foto: ALI
Peluncuran buku Hukum Humaniter karya mendiang Prof Haryomataram. Foto: ALI

Peluncuran buku Hukum Humaniter karya mendiang Prof Haryomataram berlangsung syahdu. Acara tak hanya diisi bedah buku yang diedit oleh murid-murid Prof Haryo di Pusat Studi Hukum Humaniter dan HAM FH Universitas Trisakti, tetapi juga diisi dengan pemutaran video biografi.

Para murid, keluarga, dan kolega pun secara bergantian menyampaikan kesan-kesan mereka terhadap sosok profesor yang sering disebut-sebut sebagai Bapak Hukum Humaniter di Indonesia itu.

Peneliti Pusat Studi Hukum Humaniter dan HAM FH Usakti, Arlina Permanasari mengakui mempunyai kesan yang mendalam terhadap sosok Prof. Haryo. Maklum saja, dia sudah bekerja sebagai asisten Prof Haryo sejak 1991. “Ada banyak kesan, tapi saya ingin berbagi kesan mendalam yang saya tak pernah lupa,” ujarnya di Jakarta, Kamis (19/10).

Pertama, Arlina melihat sosok Prof. Haryo sebagai orang yang sangat gemar membaca buku. Ia menuturkan bahwa koleksi buku milik Prof Haryo, khususnya bidang kajian hukum humaniter, sangat banyak jumlahnya. Dan dia pun tak segan-segan meminjamkan bukunya itu kepada asistennya.

"Saya sering tanya ‘Pak, apa ada materi tentang ini?’ Di hari berikutnya, beliau sudah membawa buku dengan topik yang saya tanyakan. Beliau sangat generous,” tambahnya.

Enaknya, lanjut Arlina, ketika meminjam buku Prof Haryo adalah si peminjam tak perlu terlalu susah memeras otak mencari inti isi buku-buku tersebut. Poin-poin penting dari buku milik Prof Haryo biasanya sudah digarisbawahi dengan rapih menggunakan pulpen merah. “Di halaman sebelah yang kosong, beliau biasanya juga sudah menuliskan kesimpulan-kesimpulan,” ujarnya.

Tak hanya itu, di sela-sela bukunya pun kerap ada kertas kecil yang berisi catatan Prof Haryo berupa kesimpulan terhadap satu topik tertentu. “Membaca buku milik beliau seperti makan fast food,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait