Budaya Agraris: ‘Poros Maritim Dunia?’
Pojok MPR-RI

Budaya Agraris: ‘Poros Maritim Dunia?’

Kini saatnya kita mengembalikan semuanya sehingga’Jalesveva Jayamahe-di Laut Justru Kita Jaya’, sebagai semboyan nenek moyang kita di masa lalu, bisa kembali membahana.

Tim Publikasi Hukumonline
Bacaan 7 Menit

 

Pun demikian saat kali pertama menjabat Presiden, dirinya melakukan langkah-langkah baru untuk mensejahterakan rakyat Indonesia dengan menggali potensi sumber daya alam yang belum disentuh secara maksimal. Samudera, laut, teluk, dan apa yang ada di wilayah itulah yang ingin diberdaya dan didayagunakan oleh Presiden Joko Widodo. Untuk itulah dalam sambutan di depan anggota MPR pada tahun 2014, dirinya ingin menjadikan Indonesia menjadi negara  maritim.

 

Untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maritim, potensi-potensi itu ada dan berada di tengah-tengah masyarakat. Pertama, Indonesia berada di antara dua samudera, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Sebagai pertemuan dan batas dua samudera membuat posisi Indonesia menjadi sangat penting. Wilayah laut Indonesia menjadi laluan bagi kapal-kapal dari berbagai negara, baik itu kapal dagang maupun kapal perang.

 

Kedua, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Terbentang dari Sabang hingga Merauke, Indonesia memiliki 17.499 pulau dengan luas total wilayah Indonesia sekitar 7,81 juta km². Dari total luas wilayah tersebut, 3,25 juta km² adalah lautan dan 2,55 juta km² adalah Zona Ekonomi Eksklusif. Hanya sekitar 2,01 juta km² yang berupa daratan. Dengan luasnya wilayah laut yang ada, Indonesia memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar.

 

Perikanan adalah salah satu sektor yang diandalkan untuk pembangunan nasional. Pada tahun 2019, nilai ekspor hasil perikanan Indonesia mencapai Rp73.681.883.000 di mana nilai tersebut naik 10.1% dari hasil ekspor tahun 2018. Hasil laut seperti udang, tuna, cumi-cumi, gurita, rajungan serta rumput laut merupakan komoditas yang dicari. Banyaknya hasil produksi perikanan di Indonesia perlu dipertahankan dan dijaga. Tanpa pengelolaan dan pengawasan yang baik, perikanan di Indonesia rentan terjadi pelanggaran. (Oki Pratama/kkp.go.id).

 

Ketiga, laut di Indonesia tidak hanya kaya ikan, tetapi juga kaya bahan tambang. Potensi tambang yang ada di laut dan tersimpan di sana adalah dapat berupa minyak, gas bumi, mineral, dan batubara. Angka-angka cadangan minyak dan gas yang dimiliki Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, cadangan minyak bumi berada di angka 3,602.53 MMSTB, sedangkan cadangan potensial di angka 3,702.49 MMSTB. secara internasional memiliki hampir 6.000.000 km square sea bed mining dan sea bed mining semua itu belum ada satu pun yang tersentuh. (esdm.go.id/2016).

 

Keempat, tidak hanya kekayaan alam yang bisa digali oleh bangsa Indonesia dari laut. Keindahan alam yang ada di laut juga menjadi potensi besar untuk lebih meningkatkan pendapatan negara. Sudah banyak dikupas dan dipaparkan bagaimana pulau-pulau yang ada di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke dikembangkan dan dijadikan tujuan wisata baru, seperti Labuan Bajo.

 

Potensi-potensi itulah akan memberikan penghasilan atau pendapatan baru bagi pemerintah bila dikerjakan secara serius. Untuk itu perlunya ada reorientasi, reaktualisasi, dan revitalisasi pembangunan yang mengarah dan mengacu pada laut tanpa meninggalkan apalagi mengabaikan pembangunan darat (agraris). Dari sinilah akan terjadi keseimbangan dan pemerataan pembangunan. Ke laut bukan suatu hal yang baru bagi bangsa Indonesia, sebab bangsa ini awalnya adalah bangsa pelaut seperti ada nyanyian yang berbunyi, ‘nenek moyangku seorang pelaut’.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait