Catatan ST MPR 2003: 'Untung Ada Komisi Konstitusi'
ST MPR 2003

Catatan ST MPR 2003: 'Untung Ada Komisi Konstitusi'

Perhelatan akbar Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada pertengahan 2003 usai sudah. Sayangnya, acara tahunan yang memakan dana miliaran ini hanya menghasilkan ketetapan dan keputusan yang kurang berbobot. Untung saja ada Komisi Konstitusi.

Bacaan 2 Menit

 

Guru besar Fakultas Hukum UI itu melihat bahwa hal terpenting dari ST kali ini adalah pembentukan Komisi Konstitusi (KK). Menurut Jimly, Komisi ini akan melakukan pengkajian secara komprehensif terhadap perubahan UUD 1945 yang sudah dikerjakan.

 

Dari pendapat Jimly tersebut timbul pertanyaan, seperti yang pernah dikhawatirkan beberapa pihak. Apakah nanti KK ini hanya sebagai komisi tambal sulam UUD saja? Bukankah lebih baik kalau KK ini diberikan kewenangan untuk membentuk UUD yang sama sekali baru?

 

"Walaupun misalnya hanya mengubah titik menjadi koma, serta mengubah kata 'dan' menjadi 'atau', itu bukan tambal sulam," tegas Jimly. Kalau mengerti hukum dasar, menurutnya, perubahan titik dan koma itu merupakan perubahan besar dalam hukum tata negara.

 

Jika memandang dari segi politik, menurut Jimly, hal itu memang tidak besar. Namun memandang dari segi hukum, itu sangat besar. "Kalau dibaca dengan ukuran uang, bisa triliunan rupiah perubahan koma jadi titik itu," cetus Jimly. Apalagi menurutnya UUD hasil perubahan yang sekarang di dalamnya terdapat banyak sekali masalah formulasi.

 

Walau demikian Jimly mengakui bahwa, komisi ini memang kurang sesuai dengan harapan masyarakat. Pasalnya masyarakat berharap kedudukan Komisi Konstitusi jauh lebih kuat dibandingkan Komisi Konstitusi yang diputuskan MPR. "Tetapi itulah hasil kesepakatan politik dari wakil rakyat yang memegang mandat resmi," imbuhnya.

 

Diguncang JW Marriott

 

Satu hal yang mungkin membuat ST kali ini tak terlupakan adalah terjadinya peristiwa pemboman di Jakarta. Sekitar 12.40 Wib pada 5 Agustus 2003, saat sebagian besar anggota MPR tengah santap siang di hari ke 5 masa sidang, Hotel JW Marriott didera bom yang sangat dahsyat.

 

Seketika, hotel yang berlokasi di kompleks perkantoran Mega Kuningan itu luluh lantak pada bagian lobi utamanya. Tidak itu saja, Plaza Mutiara yang berlokasi tepat di sebelah hotel tersebut juga turut lebur pada sebagian bagunannya. Restoran Syailendra yang paling dekat dengan lokasi ledakan bahkan hancur seketika.

 

Bom mobil yang menurut Kapolri Dai Bachtiar mirip dengan bom Bali itu memakan belasan korban jiwa dan ratusan korban luka-luka. Belum dihitung berapa kerugian materil akibat hancurnya beberapa bangunan akibat bom tersebut.

 

DI MPR, tiba-tiba hampir semua studio mini milik stasiun-stasiun TV dipadati oleh penonton yang kebanyakan wartawan dan anggota MPR. Studio-studio mini itu memang dilengkapi oleh layar televisi yang menyiarkan secara langsung peristiwa bom Marriot.

 

Keprihatinan dan bela sungkawa disampiakan langsung oleh beberapa anggota MPR yang mendatangi lokasi kejadian pada sore harinya. Para anggota MPR yang tak sempat menengok langsung, menyampaikan duka citanya pada pemandangan akhir fraksi yang disampaikan pada rapat paripurna MPR.

 

Pada umumnya semua fraksi mengutuk tindakan pemboman tersebut dan tindakan terorisme lainnya di Indonesia. Sekaligus berharap bahwa kejadian ini jangan sampai terulang lagi. Sedangkan di lubuk hati sebagian masyarakat berharap bahwa semoga hasil ST bisa membawa kesejahteraan bagi masyarakat, sehingga tidak ada lagi pihak yang sakit hati dan melampiaskannya pada tindakan terorisme seperti pada Hotel Marriott. (Zae)
Tags: