Cerita Kampus Hukum Sediakan Pendidikan Inklusif bagi Mahasiswa Difabel
Terbaru

Cerita Kampus Hukum Sediakan Pendidikan Inklusif bagi Mahasiswa Difabel

Pemenuhan fasilitas penunjang harus direncanakan mulai dari fasilitas fisik kampus hingga metode pembelajaran. Standar penilaian akademik tetap diberlakukan sama sebagai pengakuan objektif atas kemampuan akademis difabel.

Oleh:
Normand Edwin Elnizar
Bacaan 3 Menit
Rayhan Naufaldi Hidayat. Foto: Istimewa
Rayhan Naufaldi Hidayat. Foto: Istimewa

Keberhasilan difabel menuntaskan pendidikan tinggi dengan baik tentunya membutuhkan dukungan perguruan tinggi. “Institusi harus membuat kebijakan yang ramah difabel. Tidak harus selalu fasilitas fisik, tetapi juga strategi, cara, metode, yang memungkinkan penyandang disabilitas mengikuti pembelajaran dengan baik hingga berprestasi,” kata Ahmad Tholabi Kharlie, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, kepada Hukumonline, Senin (13/5).

Guru Besar Hukum Islam ini sudah membuktikan pada capaian mahasiswa lulusan kampus yang dipimpinnya. Wisudawan terbaik program studi Ilmu Hukum diraih seorang difabel penglihatan yang hanya bisa mengikuti kuliah secara audio. Tidak tanggung-tanggung, wisudawan difabel itu meraih IPK 3,94 dengan predikat magna cumlaude. Ahmad Tholabi mengaku kampusnya berusaha membuat kebijakan yang menyesuaikan metode pembelajaran dan penilaian dengan kebutuhan mahasiswa difabel. 

“Kami tidak pernah menurunkan standar akademis untuk mereka atas dasar kasihan. Kemampuan mereka kami akui dan nilai secara objektif. Kami hanya sediakan penyesuaian metode misalnya ada ujian lisan dan pendamping ujian tertulis,” kata Ahmad Tholabi. Ia mengakui kampus hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah belum banyak menampung mahasiswa difabel. Namun, penyediaan fasilitas fisik, seperti jalan landai untuk kursi roda dan toilet khusus difabel sudah diupayakan.

Baca Juga:

Idris, Dekan Fakultas Hukum Universitas Padjajaran (FH Unpad), berbagi cerita lainnya. Pakar hukum internasional ini mengaku kampus yang dipimpinnya pernah meluluskan difabel penglihatan yang menempuh jenjang sarjana hingga doktor di FH Unpad. “Kami biasa berdiskusi di lorong gedung perkuliahan. Kemampuan akademisnya bagus dengan dibantu laptop khusus untuk belajar,” kata Idris.

Ada juga mahasiwa difabel lain yang menggunakan kursi roda selama kuliah. Idris ingat pernah bantu menggotong kursi roda saat mahasiswa itu akan masuk ke gedung kampus. “Penyediaan fasilitas fisik seperti jalan landai dan lift masih kami terus tingkatkan. Tentu ini juga bagian dari komitmen kami memenuhi kriteria kampus berstandar internasional,” lanjutnya.

Dahliana Hasan, Dekan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, menyebut kampusnya menyediakan laptop khusus difabel penglihatan. “Mereka bisa pakai untuk alat bantu belajar di kampus,” kata pakar hukum pajak ini. Dahliana mengaku kampusnya rutin menerima mahasiswa difabel. Fasilitas penunjang di kampus terus disesuaikan sebagai komitmen pada pendidikan inklusif bagi mahasiswa difabel.

Tags:

Berita Terkait