Cerita Topo Santoso Awal Menjabat Dekan FHUI dan Tantangan ke Depan
Berita

Cerita Topo Santoso Awal Menjabat Dekan FHUI dan Tantangan ke Depan

Memimpin fakultas bukanlah tanpa hambatan maupun tantangan.

Oleh:
Norman Edwin Elnizar
Bacaan 2 Menit
Dekan FHUI Prof. Topo Santoso. Foto: RES
Dekan FHUI Prof. Topo Santoso. Foto: RES

Dalam memimpin Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) periode 2013-2017, Prof. Topo Santoso mengisahkan banyak hal yang dialaminya. Kisah tersebut disampaikan Topo dalam pidato pertanggungjawaban publik dekan FHUI yang digelar di kampus UI, Depok, Jumat (17/11).

 

Selama menjabat sebagai dekan, Topo menyampaikan lika-liku yang dihadapi pun beragam. Dari mulai kelemahan hingga tantangan yang harus diantisipasi dekan FHUI selanjutnya. UI telah memilih pengganti Topo sebagai Dekan FHUI, yakni Melda Kamil Ariadno. Melda terpilih sebagai dekan baru periode 2017-2021 setelah melalui proses seleksi.

 

Topo mengingatkan, memimpin fakultas bukanlah tanpa hambatan maupun tantangan. Pada awal ia menjadi dekan, sejumlah kelemahan dapat terlihat. Mulai dari lemahnya bidang atmosfer akademik, lemahnya kuantitas dan kualitas riset, lemahnya penyerapan anggaran yang hanya mencapai 50 persen tiap tahun, kelemahan manajemen yang belum modern, kelemahan kegiatan dan prestasi mahasiswa, sarana dan prasarana hingga belum adanya unit pelayanan dokumen dan kearsipan, kurangnya soliditas antar staf pengajar, kurikulum yang perlu di-update, kurangnya kebersihan kampus serta humas dan media yang kurang berkembang.

 

Namun, serangkaian kelemahan tersebut mulai terkikis lantaran kerja keras manajemen FHUI yang didukung seluruh dosen, karyawan, mahasiswa, alumni dan pemangku kepentingan lainnya. “Dalam kurun waktu tersebut dalam bidang akademik terus meningkat prestasinya,” kata Topo.

 

Serangkaian prestasi yang dicapai selama ia menjabat antara lain mempertahankan akreditasi A untuk semua program studi S1, S2, dan S3. Bahkan untuk akreditasi S1 meraih nilai akreditasi tertinggi untuk Ilmu Hukum se Indonesia. FHUI juga telah memiliki program Kelas Khusus Internasional sejak 7 tahun lalu, dan sejak 2016 telah memiliki satu program joint degree bergelar SH dan LLB dengan University Canberra, Australia.

 

“Saat ini sedang dalam pembahasan double degree SH dan LLB dengan Universitas Maastricht dan Universitas Groningen di Belanda. Untuk double degree pada tingkat master saat ini juga sedang dalam penggodokan, begitu juga untuk Doktor,” tambahnya.

 

Dalam Bidang riset dan publikasi, FHUI telah memiliki tiga jurnal yang memiliki reputasi. Satu jurnal nasional yang tengah melakukan reakreditasi yakni Jurnal Hukum dan Pembangunan serta dua jurnal internasional terindeks di Heinonoine yakni Indonesia Law Review  (ILREV) dan Indonesian Journal of International Law (IJIL).

Tags:

Berita Terkait