“Kami melakukan pelatihan terhadap hakim dan para petugas pengadilan. Mereka siap secara teknologi, secara digital, untuk menyambut teknologi baru persidangan jarak jauh. Teknologi ini juga terus dikembangkan dan dimanfaatkan, ada pedoman-pedoman yang kami sediakan menggunakan alat yang berbeda-beda termasuk ada liberty system,” jelasnya.
Jennifer juga menyampaikan terkait dengan poin yang juga penting terkait aksesibilitas dan transparansi, layanan pengadilan dipastikan bisa diakses, bahkan kepada pengguna pengadilan yang tidak terlalu melek teknologi. Dimulai dari family court atau pengadilan keluarga hingga pengadilan negeri. Akses pengadilan diberikan dengan penggunaan ruang Zoom yang dibuat kemudian mereka bisa terhubung ke persidangan melalui Zoom.
“Ada ruang-ruang yang memang dikhususkan untuk itu. Kami tahu akan makin banyak lagi ruang-ruang yang dibutuhkan nanti ke depannya, jadi kami terus meningkatkan keberadaan dari ruang-ruang Zoom tersebut,” kata dia.
Disamping itu, Singapura telah mengembangkan mekanisme sistem manajemen perkara dan peralatan daring yang mumpuni untuk menunjang proses peradilan elektronik. Seperti Integrated Case Management System (ICMS), electronic Plead of Guilt (e-PG), e-Litigation, Motor Accident Claims Online (MACO), Community Justice Tribunals System (CJTS), asynchronous dan "paper" hearings, serta Authentic Court Order (ACO).