Hidupkan Semangat Juang Munir Sebagai Teladan Bagi Mahasiswa Hukum
Berita

Hidupkan Semangat Juang Munir Sebagai Teladan Bagi Mahasiswa Hukum

Sosok keteladanan dibutuhkan bagi generasi pengusung pembaharuan.

Norman Edwin Elnizar
Bacaan 2 Menit
Talkshow Menulis Munir, Merawat Ingatan di STHI Jentera di Jakarta, Jumat (6/10). Foto: NEE
Talkshow Menulis Munir, Merawat Ingatan di STHI Jentera di Jakarta, Jumat (6/10). Foto: NEE
Ada banyak cara menghidupkan sosok inspiratif sebagai teladan. Sekolah Tinggi Hukum Indonesia (STHI) Jentera memilih Munir, seorang aktivis HAM yang terbunuh secara misterius di era reformasi, untuk dikenang sebagai sosok teladan bagi para mahasiswa kampus hukum bervisi pembaharuan ini.

“Saya harap ini bukan menjadi mengkultuskan Munir, namun terus menghidupkan semangat juangnya,” kata Suciwati, istri almarhum Munir dalam sambutan pembuka talkshow berjudul “Menulis Munir, Merawat Ingatan” Jumat (6/10) malam lalu di Jakarta.

STHI Jentera melakukan inaugurasi ke-3 bagi mahasiswa STHI Jentera penerima beasiswa Munir Said Thalib dalam talkshow yang sekaligus meluncurkan buku kumpulan esai tentang Munir. Esai-esai ini adalah hasil karya Mahasiswa pemenang sayembara nasional bertemakan sosok Munir.

(Baca Juga: Mengintip Buku Menulis Munir, Merawat Ingatan)

Beasiswa yang dinamakan menggunakan nama lengkap Munir tersebut bukan berasal dari harta benda Munir ataupun ahli warisnya. Nama ini sengaja dipilih khusus untuk mengenang sosok Munir. Adapun para donatur berasal dari perorangan hingga lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang mendukung kiprah Munir sebagai nilai keteladanan.

“Memperjuangkan soal Munir bukan soal menangkap pelaku pembunuhannya, tapi juga memperjuangkan cita-citanya,” kata Usman Hamid, Direktur Amnesty International Indonesia dalam sesi talkshow.

STHI Jentera saat ini telah memiliki tiga angkatan mahasiswa yang diantaranya adalah penerima beasiswa Munir Said Thalib. Beasiswa yang mengakomodasi seluruh biaya kuliah hingga lulus serta uang saku bulanan diberikan khusus pada aktivis sosial dan HAM hasil seleksi ketat.

Kepala Sekolah, Yunus Husein mengatakan pada hukumonline.com bahwa sebagai sekolah para reformis, STHI Jentera membutuhkan simbol keteladanan dari sosok yang dekat dengan visinya. Pilihan jatuh kepada Munir sebagai ikon yang cocok. Menurutnya, karya Munir yang dikenal memperjuangkan keadilan dan HAM pada masa orde baru hingga akhirnya terbunuh secara misterius memberikan semangat yang dibutuhkan para calon reformis di kampus yang ia pimpin.

“Jentera itu artinya roda penggerak perubahan. Dia (Munir) sebagai salah satu ikon perjuangan, menjadi teladan,” katanya.

(Baca Juga: Permohonan Kasasi Sengketa Informasi TPF Munir Kandas)

Menulis Munir, Merawat Ingatan
Mengenang Munir yang terbunuh 13 tahun lalu, buku kumpulan esai berjudul “Menulis Munir Merawat Ingatan” berisi 13 esai terpilih yang ditulis para mahasiswa pemenang sayembara nasional tentang Munir. Para mahasiswa ini berasal dari generasi yang tidak sempat bertemu dengan Munir ataupun melihat sosoknya secara langsung selain dari tebaran rekaman tertulis ataupun kenangan atas pemikiran dan kiprah Munir.

Tulisan di dalam buku ini terbagi dalam tiga tema besar: Munir dan HAM, Munir dan militer, serta Munir dan buruh. Setiap tulisan di dalam buku ini mengangkat salah satu dari tiga tema tersebut dan membahasnya melalui sudut pandang dan kasus yang Munir hadapi di masa lalu.

Para penulis esai ini menelusuri rekam jejak Munir melalui berbagai tulisan yang pernah terbit hinggamelakukan wawancara langsung dengan orang-orang yang pernah berinteraksi dengan sosok Munir. Salah satunya Lovina, mahasiswa semester 5 Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera sekaligus penerima beasiswa Munir Said Thalib asal Pekanbaru, Riau.

“Ketika hanya mengetahui dari media massa, kami merasa terpanggil memahami perjuangan Munir sebagai teladan,” jelasnya di hadapan para hadirin talkshow malam itu.

(Baca Juga: Diberi Rapor Merah, Anggota Dewan Usul Pejabat Jaksa Agung Dicopot)

Usman Hamid, yang pernah dekat dengan sosok Munir ketika bergabung di Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), menyatakan buku ini ibarat puzzle yang mengungkap bagian-bagian perjuangan Munir satu persatu hingga menjadi sebuah gambaran utuh. Namun kali ini dengan menggunakan sudut pandang generasi muda yang justru hanya bisa melihat dari kumpulan karya Munir.

“Buku mereka ini adalah usaha menghadirkan inspirasi bagi generasi muda yang peduli pada keadilan, kebebasan, dan pemuliaan martabat manusia,” imbuhnya.

Sosok Munir sebagai advokat yang pernah mengabdi di Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) sebelum akhirnya mendirikan KontraS dipotret dari penilaian generasi baru yang membahas sisi lain Munir yang mungkin jarang ditemukan di literatur yang ditulis oleh mahasiswa terkait Munir.

 “Merekalah jentera-jentera hukum masa depan yang berkesempatan luas untuk menunaikan hidup Munir yang belum selesai,” pungkas Usman.
Tags:

Berita Terkait