Isak Tangis Warnai Pemakaman Pramugari Sriwijaya Air SJ-182
Foto Essay

Isak Tangis Warnai Pemakaman Pramugari Sriwijaya Air SJ-182

Keluarga dan sahabat tak ada yang kuasa menahan tangis Ketika jenazah Isti Yudha Prastika dimasukkan ke liang lahat.

Resa Esnir
Bacaan 3 Menit
Isti Yudha Prastika, salah satu korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
Isti Yudha Prastika, salah satu korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182.

Suasana haru menyelimuti pemakaman Isti Yudha Prastika salah satu korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di Kepulauan Seribu, di TPU Pondok Petir, Depok, Sabtu (16/1) lalu. Isak tangis sang ibu beserta keluarga iringi pemakaman Isti. Isti merupakan pramugari Nam Air, salah satu ekstra kru Sriwijaya Air SJ-182 dalam penerbangan rute Jakarta-Pontianak. Jasad perempuan berusia 34 tahun itu berhasil diidentifikasi oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri.

Hukumonline.com

Sang ibu tak lagi mampu menyembunyikan rasa pilu dan sedihnya ketika prosesi pemakaman almarhumah putrinya di peristirahatan terakhirnya. Ketika peti jenazah almarhumah dikeluarkan dari mobil ambulans, keluarga yang mengiringi terlihat menangis. Bahkan sang ibu, Irianningsih, terpaksa dipapah menuju lokasi liang lahat lantaran masih syok dan berduka. 

Hukumonline.com

Demikian halnya dengan sang ayah, Udjang Usman. Wajahnya terlihat sedih dan sering kali menundukkan kepalanya. Jenazah Isti yang terbungkus dalam peti, dimasukkan ke dalam liang lahat setelah azan dikumandangkan. 

Hukumonline.com

Sementara, hampir seluruh keluarga yang hadir menangis, hujan air mata mengiringi Isti ke peristirahatan terakhirnya, beberapa kerabat dan keluarga lainnya membacakan tahlil dan doa.

Hukumonline.com

Irianningsih menjadi sosok yang paling terpukul, ia tidak henti mengusap-usap foto buah hatinya yang disandarkan ke papan nisan. Sang ibu bahkan tidak ingin meninggalkan makam, ia ingin menemani Isti yang kerap dia panggil adik itu.

Hukumonline.com

Nampak dua foto almarhumah mengenakan seragam kebesarannya ketika bertugas menjadi pramugari. Melihat foto sang anak bersebelahan dengan nisan, Iriananingsih kembali menangis karena teringat almarhumah semasa hidup. Sambil mengusap foto sang putri, sang ibu menyebut anaknya sangat cantik. "Ade cantik banget ya Allah," kata Iriananingsih. 

Hukumonline.com

Iriananingsih yang tak berhenti menangis, mencoba dibopong oleh pihak keluarga untuk mengikhlaskan kepergian sang anak. Namun, Iriananingsih justru tak ingin beranjak pergi dari makam sang anak. "Enggak mau pulang, mama mau nemenin adik, adik kasihan sendirian," ujar Irianingsih sambil menangis. Ia terus dirangkul anggota keluarga yang lain agar mau ikhlas dan kembali pulang ke rumah. Berulang ulang kata yang keluar dengan rintih "Kasihan adik sendirian," kata Iriananingsih.

Tags:

Berita Terkait