Konflik Keluarga Dominasi Penyebab Kasus Bunuh Diri Polisi
Berita

Konflik Keluarga Dominasi Penyebab Kasus Bunuh Diri Polisi

Selama 2016, tercatat ada 12 kasus bunuh diri polisi dan dua kasus tindakan agresif yang terjadi di Tanah Air.

Oleh:
ANT/Fathan Qorib
Bacaan 2 Menit
Ilustrasi: BAS
Ilustrasi: BAS
Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Kapusdokkes) Polri Brigjen Polisi Arthur Tampi mengatakan bahwa banyak kasus polisi yang bunuh diri disebabkan karena konflik keluarga atau masalah percintaan. Tak tanggung-tanggung, angkanya melebihi 50 persen.

"Tim kami menyimpulkan kasus bunuh diri tersebut, 64 persen disebabkan masalah keluarga atau percintaan," kata Brigjen Arthur Tampi di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (12/10).

Sementara penyebab kedua, lanjut Arthur, adalah masalah ekonomi yakni sebesar 18 persen. Sedangkan kasus narkoba dan tekanan pekerjaan sebagai penyebab ketiga dan keempat dengan persentase masing-masing sembilan persen. Pihaknya mendata kasus polisi melakukan bunuh diri dan melakukan tindakan agresif selama 2016 ada 14 kasus di seluruh Tanah Air.

"Rinciannya kasus bunuh diri ada 12 kasus, kasus tindakan agresif ada dua kasus," kata Arthur. (Baca Juga: Seorang Anggota Polri Bunuh Diri)

Ia mengatakan, Polri akan berupaya mencari jalan keluarsertasolusi untuk mencegah terjadinya kasus bunuh diri dan tindakan agresif di kemudian hari. "Para psikiater, psikolog dan pengemban fungsi SDM Polri selanjutnya akan menentukan solusinya kedepan seperti apa," katanya.

Baru-baru ini pada Rabu (5/10), Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Karangsembung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah Ipda Nyariman ditemukan tewas gantung diri di ruang kerjanya. Sebelum gantung diri, Nyariman diduga pernah menjanjikan putra dari salah seorang anak buahnya dapat dibantu masuk ke Sekolah Calon Bintara Kepolisian Negara Republik Indonesia (Secaba Polri).

Namun, anak yang dibantunya tersebut gagal masuk Secaba Polri sehingga sempat dimusyawarahkan dengan pimpinan Kepolisian Resort (Polres) Kebumen karena Nyariman diduga menerima uang 'pelicin'. Setelah musyawarah, Nyariman yang kembali ke ruang kerjanya, akhirnya ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa.

Kasus polisi bunuh diri lainnya terjadi pada seorang anggota Brimob Polda Daerah Istimewa Yogyakarta pada Senin (3/10) malam.Saat bertandang ke rumah rekannya di Kelurahan Sidurjan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, anggota Brimob Polda DIY Bripka Iwan Rudiyanto (35) mengambil senjata api dari dalam tasnya, memainkan senpi tersebut, lalu menembakkannya ke atas sebanyak dua kali dan selanjutnya ia menembak kepalanya sendiri.

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menginstruksikan Pusdokkesdan Puslitbang untuk mencari penyebab beberapa tindakan bunuh diri yang dilakukan anggota polisi. Tito tidak memungkiri bahwa dari 430 ribu personel Polri di seluruh Indonesia pasti ada yang sedang memiliki masalah di kehidupannya. (Baca Juga: Kapolsek Ditemukan Tewas Bunuh Diri Lantaran Utang)

Menurutnya, masalah yang dihadapi polisi berbeda-beda mulai dari tekanan kerja, konflik rumah tangga hingga kondisi ekonomi. Penelitian Kapusdokkes dan Kapuslitbang bertujuan untuk menemukan akar masalah yang menjadikan para polisi melakukan bunuh diri.

“Ada enggak common problem-nya? Atau masalahnya berbeda di tiap kasus. Kalau masalahnya berbeda, ini penyelesaiannya pimpinan agar lebih mendekatkan hubungan (kepada bawahannya) termasuk pembinaan mental. Tapi kalau akar masalahnya adalah kesejahteraan, tentu ini (kesejahteraan) akan kami upayakan untuk ditingkatkan,” tuturnya.
Tags:

Berita Terkait