Narapidana Anak: Awalnya Saya Takut!
Hari Anak Nasional

Narapidana Anak: Awalnya Saya Takut!

“Saya mengira tadinya ketika dipenjara saya akan dikurung, dipukuli. Setelah masuk saya tidak merasakan itu, malah bisa melanjutkan sekolah,” ujar UW.

ADY
Bacaan 2 Menit
“Disini saya jadi hobi bongkar pasang, memperbaiki mesin motor, waktu berjalan seolah tidak terasa. Itu yang membuat saya tidak memikirkan suasana di luar, kondisi orang tua,” tukas UW.
Selain berguru menjadi montir di LPKA Tangerang, UW belajar mencukur rambut dan teknik las. Menurutnya beragam kegiatan yang ada di LPKA Tangerang sangat membantu narapidana anak. Selain mendapat pengetahuan, mereka juga bisa mengisi waktu dengan baik dan bermanfaat. Ia berharap ke depan kegiatan yang diselenggarakan bertambah, sehingga narapidana anak penghuni LPKA Tangerang bisa memilih kegiatan sesuai minatnya. 
Menu Makanan di balik terali
Soal makanan yang dikonsumsi setiap hari, UW merasa tidak ada masalah. Dia bersama narapidana anak lainnya mendapat jatah makan tiga kali sehari. Menu yang disajikan variatif, misalnya makan pagi narapidana bisa mendapat nasi dengan sayur tumis kacang panjang, sawi putih, toge atau kangkung serta lauk tempe goreng atau telur asin. 
Menu makan siang diantaranya sayur lodeh, kari atau capcay dengan lauk ikan goreng, daging goreng atau telur balado. Setiap jeda waktu makan, penghuni LPKA Tangerang bisa mendapat makanan selingan berupa bubur kacang hijau atau ubi rebus. Jika ingin makanan tambahan, UW biasanya beli di koperasi dengan cara menukar kupon. Peraturan yang berlaku melarang narapidana membawa uang tunai ke dalam lingkungan LPKA. 
Meski kehidupan yang dijalaninya di LPKA tergolong baik dan tidak seram seperti penjara yang dibayangkan sebelumnya, tapi UW tetap merindukan kebebasan yang dulu sempat dirasakan. Kadang dia merasa suntuk dan bosan di LPKA. Untuk itu ia berpesan kepada seluruh anak Indonesia agar giat belajar untuk bekal di masa tua. “Selagi masih muda, manfaatkan waktu yang ada sebaik mungkin, agar tidak menyesal ketika tua,” imbuhnya.
Staf SMK Istimewa LPKA Tangerang, Sukamtos, mengatakan belajar mengajar salah satu kegiatan rutin yang ada di LPKA Tangerang. Namun, tenaga pengajar yang memiliki kompetensi sesuai mata pelajaran yang diajarkannya jumlahnya terbatas. Seluruh tenaga pendidik di LPKA Tangerang berjumlah 17 orang. Dari jumlah itu 12 orang berstatus PNS Kementerian Hukum dan HAM, 2 orang dari SMKN Tangerang dan 3 relawan. 
“Kegiatan belajar di sekolah Istimewa LPKA Tangerang berlangsung senin-kamis, jumat diisi kegaiatan olahraga, sabtu kegiatan lain seperti pramuka, hari minggu anak-anak istirahat,” urai Sukamtos.
Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait