Setelah hadir dua tahun berturut-turut pada tahun 2021 dan 2022, #HangingOutWithHukumonline Mother’s Day Celebration kembali menyapa pada peringatan Hari Ibu Nasional tanggal 22 Desember 2023 ini dengan tema “Beyond Equality: Celebrating Diverse Motherhood Journeys”.
Melihat kilas balik sejarah peringatan Hari Ibu Nasional yang didasari Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 yang juga bertepatan dengan ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia, Hukumonline berupaya membangun percakapan bersama lima figur ibu sekaligus profesional terkemuka berlatar belakang hukum untuk merefleksikan perjalanan mereka yang dinamis sebagai seorang ibu dalam keluarga maupun selaku perempuan yang mengaktualisasikan dirinya dengan bekerja.
Kelima figur ibu yang kini menduduki posisi strategis dalam pekerjaannya membagikan cerita kepada Hukumonline tentang lika-liku perjalanan mereka hingga dapat meraih kesuksesan karier dengan tetap bahagia menjalankan peran mulia sebagai ibu bagi putra-putrinya. Pengalaman mereka yang beragam memotret perspektif keibuan atas makna kehadiran keluarga sebagai support system, pentingnya nilai-nilai luhur yang diajarkan kepada anak, serta hubungan dengan Tuhan yang memberi tuntunan agama.
Perjuangan perempuan yang bermula dengan menitikberatkan pada kesetaraan dalam pendidikan, kesejahteraan, dan keluarga, dibincangkan dengan kerangka konteks kekinian dan proyeksi di masa depan. Sudah ada kemajuan yang patut disyukuri dalam berbagai aspek dalam kaitannya dengan kesetaraan di Indonesia, dan hendaknya capaian-capaian itu mendorong semua pihak untuk melangkah ke depan.
Pada akhirnya, perempuan berdaya bukanlah semata-mata mereka yang meniti karier profesional saja, namun tiap-tiap ibu yang berdaya untuk menentukan pilihan dengan hatinya dan menjalaninya dengan bahagia bersama keluarga. Selamat menyimak cerita mereka dalam #HangingOutWithHukumonline Mother’s Day Celebration2023!
Shinta Nurfauzia – CEO PT Lemonilo Indonesia Sehat
Dengan pencapaian profesionalnya yang mentereng, Shinta tak ingin menyempitkan makna perempuan berdaya hanya disematkan kepada ibu yang bekerja. Perempuan hendaknya jujur pada diri sendiri dalam melakukan aktualisasi sehingga versi keberhasilan seorang ibu pun akan beragam. Kejujuran itu pula yang Shinta utamakan dengan sang suami dan tekankan pada anak-anaknya sebagai bekal penting menjalani hidup.
Demi menghadirkan nuansa kehangatan dalam keluarga, ia menilai masih terdapat tantangan untuk memperbaiki kondisi sosial sehingga peran pengasuhan antara ibu dan ayah lebih seimbang. Percakapan harus senantiasa dibangun agar ke depannya perempuan, khususnya ibu, yang dapat mengaktualisasikan dirinya dengan optimal tidak lagi menjadi suatu fenomena yang spesial.