Perlu Mengadopsi Strategi Swasembada Beras Implementasi UU Pangan
Terbaru

Perlu Mengadopsi Strategi Swasembada Beras Implementasi UU Pangan

Semestinya kebijakan tidak mengimpor beras dapat diimplementasikan bagi komoditas pangan lain. Seperti daging, kacang kedelai hingga terigu.

Oleh:
Rofiq Hidayat
Bacaan 4 Menit

Dia berpendapat semestinya kebijakan tidak mengimpor beras dapat diimplementasikan bagi komoditas pangan lain. Seperti daging, kacang kedelai hingga terigu. Menurutnya, swasembada beras perlu didukung dengan berbagai pembangunan bendungan irigasi pertanian oleh pemerintah.  Dia mengakui dalam mendongkrak produksi beras memiliki serangkaian pekerjaan rumah yang harus dilakukan pemerintah.

Sebut saja, petani penghasil beras taraf kehidupan dan kesejahteraanya belumlah membaik. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai tukar petani (NTP) dalam kurun tiga tahun mengalami penurunan. Baginya, penurunan NTP menjadiindikator kerugian yang dialami petani pangan. Seperti dipengaruhi mahalnya ongkos produksi tanaman padi, pupuk, dan benih.

Dia menyarankan agar program reforma agraria menyasar petani penanam padi yang kini dihadapkan pada penyempitan lahan tanam dan kenaikan harga sewa lahan. Seperti membagikan lahan 9,7 hektar menyasar petani tanaman padi. Tapi memang Indonesia baru mengalami surplus beras 10 juta ton beras. Angka itu setara dengan kebutuhan nasional selama 3 bulan.  

Nggak sampai satu kali panen. Jadi sebenarnya kita harus tingkatkan lagi,” katanya.

Henry pun mewanti-wanti agar para produsen beras dalam negeri menggunakan benih lokal. Setidaknya agar dapat menjamin kedaulatan pangan Indonesia. Karenanya, Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab menyediakan sarana produksi yang terjangkau para petani sebagaimana tertuang dalam Pasal 19 UU 19/2013.

“Kita harus terus menggunakan benih yang diproduksi oleh petani, pemerintah, dan lembaga-lembaga kita,” ujarnya.

Karena La Nina

Terpisah, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dwi Andreas Santoso berpandangan, keberhasilan swasembada beras berkat La Nina. Menurutnya, dalam kurun waktu tiga tahun, Indonesia dalam sektor pertanian diselamatkan kondisi iklim La Nina yakni fenomena alam yang menyebabkan udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi. Karenanya La Nina menjadi faktor yang menyebabkan musim hujan di Indonesia terjadi, selain angin muson.

“Yang memang jelas, dua tahun kita diselamatkan iklim, karena iklim La Nina. Jadi produksi padi meski tidak naik, turun sedikit, itu diselamatkan oleh La Nina,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait