Sejarah Lambang Keadilan di Indonesia: Themis hingga Beringin
Terbaru

Sejarah Lambang Keadilan di Indonesia: Themis hingga Beringin

Sebagai lambang keadilan, Themis memiliki sejarah panjang dan tafsir berbeda. Di Indonesia, Themis digantikan oleh pohon beringin pada 1960.

Tim Hukumonline
Bacaan 4 Menit

Penting untuk diketahui, di masa itu, patung Themis tidak sama dengan representasi lambang keadilan saat ini. Dalam fungsinya sebagai lambang keadilan, sebelum abad ke-15, figur Themis tidak digambarkan dengan penutup mata.

Themis hanya membawa neraca atau timbangan dan pedang. Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan koin kuno Roma dengan gambar Themis tanpa penutup mata. Murray menerangkan bahwa seniman kuno menggambarkan Themis sebagai wanita dewasa dengan mata indah yang terbuka lebar.

Ilham Hermawan, ahli hermeneutika hukum, menerangkan bahwa di era klasik tersebut, pemikiran masih bersumber dari hal mistis. Manusia tunduk kepada nasib atau seleksi alam.

Selepas abad ke-15, mata Themis sebagai lambang keadilan mulai ditutup. Diungkapkan Ilham pula, penutupan ini terjadi ketika rasionalitas dan objektivitas mulai menguat seiring perkembangan ilmu hukum.

Objektivitas sendiri mulai muncul di era Renaissance. Di era ini, masyarakat mulai melepaskan diri dari belenggu doktrin agama dan doktrin gereja. Mereka pun mulai berpikir dan menghasilkan pembaharuan di berbagai aspek kehidupan, termasuk politik dan hukum.

Penutupan mata sang simbol keadilan dimaksudkan agar objektivitas dalam penegakan hukum dapat dilakukan. Mata Themis yang tertutup memiliki arti tidak ada pandangan yang membawa prasangka. Buta memberikan penilaian yang adil dengan hasil yang objektif.

Dalam konteks ini, arti dewi keadilan Themis akhirnya menjadi personifikasi atau lambang keadilan. Penelitian akan Themis pernah dilakukan oleh Jane E. Harrison pada 1911 dalam tulisannya yang berjudul Themis: A Study of The Social Origins of Greek Religion.

Tags:

Berita Terkait