Sang anak kembali bertanya dengan nada kebingungan: "Lalu, kenapa masih ada orang tidak jahat dipenjara?". Kali ini, sang ayah sedikit bingung dengan pertanyaan yang diajukan.
Sang ayah kemudian menjawab: "Itu karena sistem anakku". Anaknya menukas: "Karena sistem? Sistem bagaimana maksudnya?". Dengan agak sedikit emosi, sang ayah menjawab: "yaa& . sistem yang selama ini ada."
"Kok sistem lagi ya& ?," sang anak bergumam. Namun, ia masih belum puas dan ingin mengejar rasa ingin tahunya. Dengan wajah polos, sang anak kemudian kembali bertanya: "Kenapa Ayah menjadi pengacara, apakah karena ingin memenjarakan orang?".
Dengan hati-hati sang ayah menjawab: "Tidak anakku, Ayah menjadi pengacara karena kecewa melihat sistem yang ada". Kemudian si anak kembali bertanya: "Pernahkah Ayah membayar hakim di pengadilan seperti yang ada di koran-koran?".
Rupanya, sang ayah tidak bisa mengelak. "Jika pun pernah karena sistem anakku," tukasnya sekenanya. "Wah, sistem lagi, sistem lagi?," si anak sedikit bersungut dan berlalu.
Suatu hari, si anak ditegur keras oleh sang ayah karena ketahuan menyimpan shabu-shabu dalam tas sekolahnya. Namun dengan enteng, sang anak menjawab: "Karena sistem, yah". Sang ayah pun terbengong-bengong melongo. "Ooooh, sistem..."