Seradesy Sumardi, Presiden Perempuan Pertama ICCA
Utama

Seradesy Sumardi, Presiden Perempuan Pertama ICCA

Presiden ICCA perempuan yang pertama sejak didirikan tahun 2004. Diajukan sebagai calon tunggal dalam Rapat Umum Anggota Luar Biasa dan terpilih menjabat untuk periode 2024-2028.

Oleh:
Normand Edwin Elnizar
Bacaan 3 Menit
Presiden Indonesian Corporate Counsel Association periode 2024-2028, Seradesy Sumardi. Foto: RES
Presiden Indonesian Corporate Counsel Association periode 2024-2028, Seradesy Sumardi. Foto: RES

Seradesy ‘Desy’ Sumardi, Chief Legal Counsel & DPO L'Oréal Indonesia terpilih memimpin Indonesian Corporate Counsel Association (ICCA) untuk periode 2024-2028. Dipilih dalam Rapat Umum Anggota Luar Biasa (RUA LB), Desy mencatatkan diri dalam sejarah ICCA sebagai Presiden perempuan pertama sejak organisasi ini didirikan.

Desy adalah satu-satunya calon yang diajukan RUA LB dalam pemilihan Presiden ICCA periode 2024-2028 kali ini. Ia memaknai terpilihnya dirinya sebagai amanah dari banyak anggota ICCA lainnya yang harus dijalankan sebaik-baiknya.

Baca juga:

“Saya meminta teman-teman lainnya untuk berkomitmen membantu kepengurusan ini, jadi saya berdiri hari ini menurut saya adalah kesempatan bagi kita semua para anggota ICCA,” kata mantan Sekjen Ikatan Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia itu. Desy kini menjadi perempuan pertama yang menjabat Presiden ICCA sejak organisasi ini berdiri tahun 2004.

Indonesian Corporate Counsel Association atau Perkumpulan Penasihat Hukum Internal Perusahaan didirikan di Jakarta pada 30 April 2004. Hukumonline mencatat ada enam orang in-house counsel yang menjadi pendiri ICCA. Mereka bekerja di perusahaan yang berbeda-beda saat mendirikan ICCA.

Hukumonline.com

Seradesy Sumardi meminta teman-teman ICCA lainnya berkomitmen membantu kepengurusan ICCA di bawah nakhodanya agar lebih maju ke depan. Foto: RES

Keenamnya adalah Mustika Kuwera (saat itu bekerja di HSBC), Emilia Indra (saat itu bekerja di HSBC), Widyaretna Buenastuti (saat itu bekerja di PT Pfizer Indonesia), Yeni Fatmawati (saat itu bekerja di PT Coca-Cola Indonesia), M. Arif Widjaksono (saat itu bekerja di PT Philip Morris Indonesia), dan Frida Chalid (saat itu bekerja di PT Nestle Indonesia).

Tags:

Berita Terkait