Teroris Tak Bisa Dilawan dengan Kekerasan
Berita

Teroris Tak Bisa Dilawan dengan Kekerasan

Pelanggaran HAM dalam pemberantasan terorisme dikhawatirkan justru akan menimbulkan bibit kebencian yang baru.

KAR
Bacaan 2 Menit
Teroris Tak Bisa Dilawan dengan Kekerasan
Hukumonline
Isu terorisme saat ini tengah menjadi perbincangan hangat di dunia global. Banyak pihak mendiskusikan bagaimana upaya efektif untuk memerangi terorisme. Anggota parlemen Malaysia yang juga anggota International World Forum for Muslim Democrats, Nurul Izzah, pun punya solusi.

Menurutnya, dalam memberantas terorisme masyarakat dan pemerintah di dunia harus saling bekerja sama. Oleh karena itu, pemberantasan aksib terorisme tak bisa dilakukan dengan hanya satu cara. Ia mengingatkan, perlu ada pendekatan kepada banyak pihak untuk memutus mata rantai kebencian.

Pertama, menurut Nurul pendekatan yang harus dilakukan kepada kelompok-kelompok yang diduga sebagai teroris. Ia mengingatkan, pendekatan tersebut tetap harus berbasis hak asasi manusia (HAM). Artinya, kelompok teroris tidak boleh dilawan dengan kekerasan. Dirinya khawatir jika teroris diperangi dengan melanggar HAM mereka maka yang terjadi adalah timbul kebencian baru.

“Jangan melawan kekerasan (teroris) dengan tindak kekerasan juga. Sebab, justru akan menimbulkan dendam baru dan semakin meningkatkan kekerasan teroris kepada orang-orang yang tidak bersalah," kata Nurul dalam konferensi International World Forum for Muslim Democrats di Jakarta, Senin (23/11).

Pelanggaran HAM dan kekerasan kepada kelompok teroris, menurutnya bukan hanya dengan melakukan serangan balik. Ia menyebut, pembuatan undang-undang yang keras pun akan memancing kalangan teroris semakin menunjukan eksistensinya. Ia mencontohkan, pasca-peristiwa 9/11 di Amerika Serikat, justru banyak kelompok teroris yang semakin dendam dan ingin melakukan perlawanan.

Nurul mengaku lebih setuju menggunakan pendekatan yang lebih halus yang mengutamakan HAM. Ia yakin, kelompok teroris pun masih bisa diajak berdiskusi. Hanya saja, menurutnya harus ada ruang berbicara untuk orang-orang yang terlibat aksi terorisme tersebut.

“Ruang itu berguna untuk menyampaikan pandangan mereka. Dengan cara yang efektif itu, orang-orang tersebut akan bisa diarahkan dan diberi pemahaman yang benar soal Islam,” tuturnya.

Pendekatan kedua, menurut Nurul perlu dilakukan kepada masyarakat luas. Ia menilai,  masyarakat pun perlu mendapat pemahaman yang benar mengenai ajaran agama. Oleh karena itu, Nurul mengatakan bahwa peran tokoh masyarakat dan tokoh agama sangat strategis dalam hal ini.

Menurut Nurul, kelompok masyarakat yang harus mendapat perhatian khusus adalah para pemuda. Menurutnya, pemuda harus mendapat pemahaman bahwa Islam bukanlah agama terror. Dengan adanya pendekatan itu, Nurul pun yakin terorisme dapat dicegah. Hal itu menurutnya akan membawa dampak besar, karena mengurangi risiko kerusakan dan korban.

"Misalnya, para ustadz harus dapat mendekati dan memenangkan hati para pemuda dan masyarakat modern untuk memberi pengertian agar Islam dapat dilihat sebagai agama yang dekat dengan anak muda," kata dia. 

Di sisi lain, Nurul juga mengajak semua muslim untuk bersatu membangun sebuah narasi yang kuat. Ia melihat, narasi tersebut dapat dituangkan dalam bentuk kerja sama multilateral. Narasi inilah yang dapat diguakan untuk melawan narasi yang dikeluarkan oleh Barat.

"Saya berharap adanya kerja sama secara multilateral oleh negara-negara Islam secara halus tanpa melanggar HAM, karena itu akan menimbulkan bibit-bibit kebencian dan rasa ingin balas dendam," ungkap Nurul.

Menurutnya, narasi itu juga bisa melemahkan propaganda terror seperti yang dilakukan oleh kelompok Islamic State in Iraq and Syria (ISIS). Nurul melihat, ISIS sangat aktif memanfaatkan media sosial. Dalam sehari, mereka dapat mengunggah sekitar 50 video propaganda di dunia maya. Propaganda berisi kebencian dan unsur ekstremis ini ditujukan ISIS kepada pengguna internet atau netizen yang rentan dan mudah dipengaruhi.

"ISIS sangat giat menggunakan media sosial, jadi kita harus lebih modern dan menemukan cara yang lebih baik untuk memeranginya," ujarnya.

Ia sangat berharap masyarakat semakin waspada dengan ancaman grup ekstremis tersebut. Setelah terjadinya serangan teror di Paris pada 13 November, yang menewaskan 130 orang, ISIS terbukti mampu menebar teror di luar Timur Tengah. Sebagaimana diketahui, sbelum serangan di Paris, sudah ada serangan di Beirut dan Turki.

“Jadi, diharapkan negara Asia harus waspada dan siaga terhadap serangan ideologi yang mereka lancarkan," katanya.
Tags:

Berita Terkait