Sofyan Djalil: Alumni FHUI Di Sektor Publik Harus Jaga Reputasi
Berita

Sofyan Djalil: Alumni FHUI Di Sektor Publik Harus Jaga Reputasi

Selain itu, integritas dan keteladanan juga menjadi hal penting.

HAG
Bacaan 2 Menit
Sofyan Djalil dalam acara LIKE di Jakarta, Sabtu (23/1). Foto: RES
Sofyan Djalil dalam acara LIKE di Jakarta, Sabtu (23/1). Foto: RES
Ikatan Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia (ILUNI FHUI) mengadakan acara LIKE “Lingkar Inspirasi Kekerabatan dan Edukasi” bersama Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Sofyan Djalil di rumah dinasnya di Jakarta, Sabtu (23/1). Pada acara tersebut Sofyan menjelaskan bahwa orang-orang yang bekerja di sektor publik akan diberikan reward padawaktu yang panjang.

Atas dasar itu, lanjut Sofyan, alumni FHUI yang bekerja di sektor publik wajib menjaga reputasi. “Sektor publik memang terlihat tidak terlalu efektif. Dalam jangka pendek sektor publik juga terlihat tidak menarik, namun sektor publik akan memberikan reward di long term,” ujar Sofyan yang merupakan lulusan FHUI angkatan 1978.

Sofyan menjelaskan, Indonesia tahun 2045 merupakan turning point apakah Indonesia akan menjadi negara maju atau negara ‘kere’. Kalau Indonesia tidak reform, banyak uang yang digunakan tanpa ada manfaatnya. Menurutnya, untuk menjadi negara maju, Indonesia wajib menghasilkan kebijakan yang bagus, karena kebijakan yang bagus akan menghasilkan hal yang luar biasa. Kebijakan itu dihasilkan oleh orang- orang yang bekerja di sektor publik.

Policy bagus akan ada impact yang luar biasa. Jika rekrutmen perlu ajak anak UI untuk masuk sektor publik. Karena kebijakan akan impactful. Sektor publik long term sangat menjanjikan dan yang penting sangat meaningful, ada kepuasan tersendiri,” ujarnya.

Sejalan dengan Sofyan, Mas Achmad Santosa menambahkan, yang dibutuhkan bagi setiap orang yang bekerja di sektor publik adalah menjaga integritas dan keteladanan. Dua hal tersebut yang lebih dibutuhkan dibandingkan dengan law intellectual. Selain itu juga dibutuhkan role model dan inspiring leader, sehingga dengan begitu akan banyak orang yang tertarik untuk masuk kedalam sektor publik.

“Hal yang membuat saya bertahan di sektor publik selama ini adalah ada rule model dan inspiring leader. Sehingga saya tidak berpikir lagi untuk masuk public sektor,” jelasnya.

Ia menjelaskan, ada pihak yang bekerja untuk publik namun tidak bekerja di dalam dan ada juga yang bekerja di dalam sektor publik itu sendiri. Ada yang bekerja di sektor publik tapi memilih di luar terbagi menjadi dua kelompok, yaitu yang menekan dari luar seperti ICW, LBH, MAPPI PSHK, dan yang lain. Serta capacity from within, seperti mereka memilih di dalam untuk memperbaiki institusi.

Sedangkan ada juga yang sebelumnya non-government tetapi kemudian masuk ke dalam. Contohnya Sukma Violetta yang sekarang menjadi Komisioner KY. “Kemudian ada juga kelompok yang bekerja melalui masuk parpol kemudian jadi politisi, seperti Arsul Sani. Kemudian yang terakhir ialah public privat interest lawyer, seperti Fikri Assegaf. Lawyer yang bekerja di bidang privat namun banyak concern ke isu dan kepentingan publik,” tambahnya.

Ahmad Fikri Assegaf menanggapi bahwa sektor publik butuh untuk meyakinkan diri agar banyak yang berminat masuk sektor publik, terutama di kampus FHUI yang sangat minim peminat. Ia tak menampik, bagi lulusan FH sektor publik merupakan tantangan tersendiri. Meski begitu, hal ini menjadi tugas bagi ILUNI FHUI untuk meyakinkan lulusan FH masuk ke sektor publik.

“Jadi memang tugas ILUNI untuk meyakinkan agar banyak yang masuk ke sektor publik. Dengan melakukan hal tersebut kita sudah melakukan pelayanan kepada publik,” pungkasnya.
Tags:

Berita Terkait