Masyarakat Sipil Diminta Terus Kawal Proses Seleksi Capim KPK
Berita

Masyarakat Sipil Diminta Terus Kawal Proses Seleksi Capim KPK

Berharap orang-orang terpilih nantinya memiliki perhatian dan perlindungan terhadap pegawai KPK dan pegiat anti korupsi. Namun, semuanya tergantung Pansel.

Rofiq Hidayat
Bacaan 2 Menit
Suasana uji kompetensi capim KPK di Jakarta, Kamis (18/7) lalu. Foto: RES
Suasana uji kompetensi capim KPK di Jakarta, Kamis (18/7) lalu. Foto: RES

Pemberantasan korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berada di persimpangan jalan. Sebab, nasib KPK empat tahun ke depan bergantung pada lima orang yang bakal mengisi kursi pimpinan KPK. Karena itu, masyarakat sipil diminta untuk mengawal kerja-kerja Panitia Seleksi Calon Pimpinan KPK (Pansel Capim KPK) dalam menjaring 10 nama dari 40 calon yang akan menjalani profile assessment (tes penilaian kepribadian).    

 

Seruan itu mengemuka dalam diskusi bertajuk “Perlindungan Pegawai KPK dan Proses Pemilihan Pimpinan KPK”di Jakarta, Rabu (7/8/2019). Hadir sebagai pembicara yakni mantan Ketua KPK Abraham Samad periode 2011-2015, Direktur YLBHI Asfinawati, Pimpinan Redaksi Koran Tempo Budi Setyarso.     

 

Samad menilai menjaring Capim KPK, peran Pansel sangat penting terutama dalam menerapkan metode seleksi yang harus dilakukan secara tepat. Sebab, bila Pansel salah menerapkan metode seleksi akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan lembaga anti rasuah ke depan yang membuat kondisi pencegahan dan pemberantasan korupsi menjadi suram. “Ini hajatan seleksi Capim KPK. Ini harus dipelototin masyarakat,” harapnya.

 

Soalnya, Samad khawatir KPK diisi oleh orang-orang yang justru memiliki niat atau kepentingan menghambat pemberantasan korupsi. Menurut Samad, ada dua cara menghancurkan KPK yakni dari dalam dan dari luar KPK. Bila dari luar KPK, cenderung lebih mudah dihadang penghambatnya. Namun saat ini, dia menilai penghambat pemberantasan korupsi justru berasal dari dalam internal KPK sendiri. Karena itu, dia meminta Pansel mencegah orang-orang yang memiliki kepentingan tersebut.

 

“Kalau tidak dipelototin seleksi Capim KPK, akan berbahaya keberlangsungkan KPK dan pemberantasan korupsi ke depan,” tegasnya. Baca Juga: Lulus Tes Psikologi, 40 Capim KPK Bakal Jalani Tes Kepribadian

 

Dia melanjutkan Seleksi Capim KPK yang dilakukan Pansel memang tidak mencari sosok seperti malaikat. Namun, dari 200 jutaan orang di Indonesia, dipastikan bisa menjaring 10 orang yang memiliki kriteria terbaik untuk menjadi pimpinan KPK. Caranya, kata Samad, Pansel mesti bersikap jujur, benar menggunakan metode seleksi, dan tepat menentukan pilihan. “Kita akan menemukan 10 orang yang punya integritas paripurna,” ujarnya.

 

Samad menilai kalau Pansel gagal menemukan 10 orang terbaik dan tidak memiliki keberpihakan terhadap pemberantasan korupsi, dipastikan bakal melemahkan KPK. Menurutnya, terdapat dua tipe atau motivasi calon pimpinan KPK yang dapat melemahkan KPK. Pertama, orang yang memiliki kepentingan. Kedua, orang pencari kerja (job seeker).

Tags:

Berita Terkait