AI dan Ancaman Kerusakan Lingkungan: Hukum Indonesia Berpeluangkah Kendalikan Keduanya
Kolom

AI dan Ancaman Kerusakan Lingkungan: Hukum Indonesia Berpeluangkah Kendalikan Keduanya

Tentu saja Indonesia sangat siap mengembangkan AI serta mampu mengendalikan konsumsi energi. Cepat atau lambat, Indonesia segera menyongsong EBT.

Bacaan 5 Menit

Komputer sebagai tempat diolah dan dikembangkannya AI memerlukan energi dalam operasionalnya. Energi ini disebut listrik. AI ini terus dilatih seperti layaknya manusia melatih wawasan dan memperluas keilmuannya. Semakin AI ini dilatih, akan semakin kompleks cara berpikirnya. Kompleksitas komputer sebagai ‘tubuh’ AI juga ikut meningkat. Artinya, AI akan membutuhkan ruang untuk berkembang seperti komputer yang lebih besar, penyimpanan memori dan ruang penyimpanan server yang lebih besar. Bertambahnya ukuran penyimpanan AI akan progresif terhadap kebutuhan energi.

Sisi Terang dan Gelap AI terhadap Lingkungan

AI merujuk pada suatu sistem atau mesin yang umumnya membutuhkan kecerdasan manusia untuk bisa beroperasi namun AI bisa mempelajari sendiri dan melatih menanggapi perintah berdasar informasi yang diolah sendiri oleh AI.

AI telah membantu kehidupan kita dan memudahkan memenuhi kebutuhan manusia. Dalam perkembangan yang menjadi tren diantara kalangan masyarakat adalah ChatGPT. Sebagai suatu fakta yang dimuat Council on Foreign Relations, untuk melatih suatu pemrograman AI, kekuatan listrik yang dibutuhkan dan karbon dioksida yang dihasilkan adalah setara dengan bekerjanya pabrik-pabrik alat penerbangan. Artinya, pengembangan AI juga mengancam kestabilan iklim dan berpengaruh terhadap emisi karbon. Tanpa memperhatikan pengaturan terhadap dampak energi yang diproduksi seiring pengembangan AI, maka juga sebenarnya AI ini meski sepertinya friendly terhadap lingkungan, nyatanya tidak jika pembatasannya diacuhkan.

Penggunaan plastik sebagai casing smartphone atau alat apapun yang menyimpan AI dan mengolah AI, penggunaan energi listrik untuk menghidupkan server yang menyimpan data hasil olahan AI, dan segala perilaku terkait AI yang berdampak kepada lingkungan ini sedang diperangi oleh para peneliti. Google dengan pengembangan DeepMind AI nya sudah berhasil mengurangi energi yang terpancar dari mesin servernya. DeepMind AI dilatih untuk mengontrol energi mesin server tersebut dengan mengendalikan kipas pendingin. Pada tahun 2016, Google telah berhasil mengurangi penyerapan energi sebanyak 15 persen.

Gagasan AI yang dilatih untuk melindungi lingkungan ini disebut Green Intelligence. Aplikasi yang dekat dengan kita atas penerapan green intelligence ini contohnya adalah Gojek. Contoh konkritnya ditunjukkan dengan menargetkan beralihnya mitra Gojek dari kendaraan bermotor menjadi kendaraan listrik. Contoh lain bahwa AI bisa dimanfaatkan untuk menjaga stabilitas lingkungan misalnya, dalam skala besar, satelit yang bisa memantau emisi secara global. Sedangkan dalam skala kecil misalnya rumah yang terdigitalisasi, lampu yang dapat mati sendiri ketika suhunya panas atau melewati batas waktu tertentu.

Upaya Indonesia Mencapai Perlindungan Lingkungan

Indonesia telah menyadari pancaran emisi karbon kini perlu dikendalikan dan gagasan ini untuk mendukung target Net Zero Emission pada tahun 2060. Kesadaran Indonesia diwujudkan dengan suatu Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik.

Dalam sebuah Webinar dengan Tema “Decarbonizing Energy Sector for Net Zero: Achievement, Progress, and Challenges di Indonesia Pavilion, Comittee On Parties (COP) 27 UNFCCC” tahun 2022 disampaikan oleh panelis Herman Darnel Ibrahim bahwa Indonesia akan melakukan pasokan energi dengan harga terjangkau, memanfaatkan energi bersih yang ramah lingkungan, dan menciptakan kebijakan yang mendukung serta mendorong transisi energi di Indonesia.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait