Berharap Putusan Profetik Mahkamah Konstitusi
Kolom

Berharap Putusan Profetik Mahkamah Konstitusi

Sosok hakim profetik dalam menegakkan hukum mempunyai daya pikir berorientasi nilai keadilan yang bersifat prospektif.

Bacaan 7 Menit

Tiga spirit profetik ini pula yang menjadi spirit Hukum Profetik. Berhukum dan juga menegakkan hukum dalam spirit profetik adalah untuk mewujudkan tiga nilai spirit hukum tersebut yaitu dalam rangka amar ma'ruf (humanisasi), nahi munkar (liberasi), dan komitmen keimanan seseorang (transendensi) kepada Allah SWT. Menegakkan hukum merupakan upaya pengejawantahan dan transformasi dari seorang yang beriman kepada Allah (spirit transendensi) untuk melakukan amar makruf (humanisasi) dan mencegah kemungkaran (liberasi).

Humanisasi (amar makruf) dapat berbentuk apa saja seperti membangun clean government, mengusahakan jamsostek, dan membangun sistem keamanan sosial. Humanisasi berarti memanusiakan manusia, menghilangkan ‘kebendaan’, ketergantungan, kekerasan, dan kebencian dari manusia. Tujuan humanisasi adalah untuk memanusiakan manusia. Saat ini banyak terjadi proses dehumanisasi, yang disebabkan oleh masyarakat industri yang menjadikan kita sebagai bagian dari masyarakat abstrak tanpa wajah kemanusiaan. Pada bagian ini dibutuhkan humanisasi atau amar makruf.

Liberasi (nahi munkar) berarti ‘memerdekakan’. Tujuan liberasi adalah pembebasan dari kekejaman kemiskinan struktural, keangkuhan teknologi, dan pemerasan. Kita menyatu rasa dengan mereka yang miskin, mereka yang terperangkap dalam kesadaran teknokratis, dan mereka yang tergusur oleh ekonomi raksasa. Kita ingin bersama-sama membebaskan diri dari belenggu-belenggu yang kita bangun sendiri. Termasuk pula kegiatan penegakan hukum untuk mewujudkan keadilan.

Transendensi (beriman) adalah menambahkan dimensi transendental dalam kebudayaan manusia. Kita sudah banyak menyerah pada arus hedonisme, materialisme, dan budaya dekaden. Kita perlu membersihkan diri dengan mengingatkan kembali dimensi transendental yang menjadi bagian sah dari fitrah kemanusiaan. Kita ingin merasakan kembali dunia ini sebagai rahmat Tuhan.

Tiga nilai itu hemat saya yang harus dijadikan spirit hakim MK dalam memutus perkara sengketa pilpres saat ini. Hakim MK tidak perlu ragu apalagi takut untuk menghadirkan putusan yang berjiwa profetik Spirit profetik harus menyala serta hidup dalam jiwa setiap hakim MK demi mewujudkan putusan berkualitas dan bermakna, berbasis nilai keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pentingnya Sosok Hakim Profetik

Mengemban spirit hukum profetik membutuhkan sosok hakim yang berkarakter profetik. Karakter ini dapat dibaca dan dipahami dari metode berpikir dan cara pandang yang dimiliki hakim dalam memutuskan perkara. Oleh karena itu, sisi profetik dari hakim dilihat dari bagaimana cara pandang hakim memperlakukan dan menegakkan hukum.

Sosok hakim profetik dalam menegakkan hukum mempunyai daya pikir berorientasi nilai keadilan yang bersifat prospektif. Sebagai contoh, misalnya putusan Hakim Davide di Filipina dalam kasus Oposa di tingkat Mahkamah Agung pada tahun 1993. Isinya memutus bahwa ada hak gugat bagi generasi yang belum lahir untuk mengajukan gugatan atas dasar prinsip keadilan antar generasi.

Tags:

Berita Terkait