Cerita Kolega Mengenang Sosok J Satrio Semasa Hidup
Utama

Cerita Kolega Mengenang Sosok J Satrio Semasa Hidup

Sang Begawan Hukum Perdata dikenang sebagai sosok yang memiliki ilmu yang luas dan aktif menulis berbagai karya pikirnya hingga akhir hayat.

Ferinda K Fachri
Bacaan 3 Menit

Dekan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman (FH Unsoed), Prof M Fauzan, yang juga salah satu murid didikan almarhum mengenang sosok J Satrio sebagai sosok yang memiliki rasa nasionalisme tinggi yang amat mumpuni dan menguasai ilmu hukum secara komprehensif. Semasa masih aktif mengajar, metode transformasi ilmu yang diberikan olehnya kepada murid-muridnya selalu disampaikan dengan cara yang sangat mudah diterima dan dipahami.

“Saya sebagai muridnya merasa kehilangan. Ketika beliau masih aktif mengajar, sangat sayang kalau sampai kita tidak masuk waktu kuliah. Karena ia bisa menerangkan dengan detail, masuk akal, lalu contoh-contoh yang sangat mudah dicerna buat mahasiswa. Mudah-mudahan ilmu yang sudah diberikan kepada ribuan mahasiswanya baik yang mengikuti kuliah secara langsung maupun yang membaca buku-buku almarhum bisa menjadi amal kebaikan buat almarhum,” harapnya.

Terpisah, Akademisi FH Unsoed yang juga merupakan murid dari mendiang J Satrio, Budiman Setyo Haryanto membagikan kisahnya semasa masih menjadi mahasiswa dari almarhum di tahun 1982-1987 silam. Tak terlupakan bagaimana dahulu almarhum masih aktif mengajar mulai dari asas-asas hukum perdata sampai dengan hukum perjanjian, hukum jaminan, dan hukum waris.

Terhitung dari tahun 1989, Budiman pernah mulai menjadi asisten Satrio. Sampai dengan sekarang, ia menggantikan almarhum mengajarkan seputar Hukum Perjanjian, Hukum Jaminan, dan Hukum Waris bagi mahasiswa di FH Unsoed. Ia amat terinspirasi oleh sosok Sang Begawan Hukum Perdata yang sampai akhir hayatnya tetap aktif menuangkan pemikirannya seputar hukum dalam tulisan.

“Betapa luas ilmu beliau baik teori ataupun praktik, dan cara mengajarnya begitu enak dan mudah dimengerti. Hampir semua mahasiswa sangat suka diajar beliau. Moto beliau yang sering disampaikan ke kami adalah, ‘lebih baik menjadi kepala cicak daripada jadi ekor tokek’, ini nasehat untuk jadi orang mandiri. Beliau adalah guru sekaligus pembimbing kami, yang selalu mengajak berdiskusi tentang perkembangan ilmu hukum. Selamat jalan Begawan Hukum Perdata, semoga damai dalam keabadian, aamiin,” harapnya dalam doa.

Tags:

Berita Terkait