Dampak Digitalisasi terhadap Investasi di Kalangan Muda
Terbaru

Dampak Digitalisasi terhadap Investasi di Kalangan Muda

Tetap mengedepankan asas kehati-hatian kalangan investor muda sebelum menjatuhkan pilihan.

Rofiq Hidayat
Bacaan 3 Menit

Nailul berpandangan investasi di era perkembangan teknologi dilakukan secara digital melalui fintech yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Menurutnya, data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukan per April 2022, 60,29% investor pasar modal berusia di bawah 30 tahun, yang rata-rata masih berada di awal dan pertengahan karir profesionalnya.

Menurutnya, dalam sebuah survei Center of Economic and Law Studies (Celios) menyebutkan berinvestasi di platform investasi digital dianggap sebagai aksi berkontribusi terhadap peningkatan sektor teknologi informasi. Kemudian membantu pendanaan perusahaan, dan efek penciptaan tenaga kerja dari investasi. Indikator tersebut menjadi positif platform investasi digital mampu mendorong terciptanya investment-oriented society atau masyarakat yang melek investasi.

Baginya, dunia sedang bergerak ke arah digitalisasi menjadi lebih dalam. Bahkan nyaris seluruh negara menggunakan teknologi sebagai akselerator pertumbuhan ekonomi. Malahan menggunakan digitalisasi sebagai tempat dalam penciptaan lapangan pekerjaan. Boleh dibilang, di masa pandemi menjadikan digitalisasi penyelamat konsumsi masyarakat.

“Dengan digitalisasi kegiatan usaha masih cukup berjalan bak di masa pandemi. Bahkan di bidang perdagangan online, kenaikan transaksi bisa dua kali lipat ketika pandemi,” imbuhnya.

Sementara Dosen Teknologi Informasi pada Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) Institut Teknologi Bandung (ITB) Agung Harsoyo berpendapat perkembangan teknologi menjadi peluang Indonesia agar dapat bertransformasi digital ke seluruh penjuru nusantara. Tapi memang terdapat kendala soal jangkauan internet.

Sebab, masih banyaknya wilayah yang tidak mendapat akses internet. Terlebih di daerah tertinggal, terdepan dan terluar. Baginya, teknologi konvensional tak mampu mengejar ketertinggalan kesenjangan digital yang terjadi di tanah air. Menurutnya, dalam kurun dua tahun terakhir di masa pandemi, setidaknya membuka mata akan pentingnya konektivitas jaringan yang mumpuni.

Bahkan, para pelajar dapat melakukan kegiatan belajar secara daring mengakses materi pembelajaran bermutu, dan layanan kesehatan meningkat. Dia berharap program transformasi digital Indonesia dapat menjangkau ke seluruh wilayah nusantara, sehingga masyarakat di daerah dapat menikmati penggunaan internet.

“Kesenjangan digital kita bisa ditutup dengan relatif cepat dan relatif murah. Kemudian mendukung one map policy,” katanya.

Tags:

Berita Terkait