Kelompok Aliansi Pemuda Pengawas KPK tersebut mulanya menggelar aksi damai dengan meminta KPK tak tenang pilih dalam penanganan kasus korupsi. Namun, situasi mulai memanas ketika massa menuding adanya kepentingan politik dalam peringatan ini.
Salah satunya lantaran adanya kelompok pengamanan sebuah ormas pemuda yang diperkenankan masuk ke dalam lobi KPK, sementara kelompok mereka dilarang masuk. Para demonstran menuding Novel terafiliasi dengan salah satu kelompok politik.
Aksi bertambah panas, saat sejumlah demonstran membakar ban bekas dan spanduk. Bahkan, kelompok tersebut sempat saling dorong dengan aparat kepolisian yang mencoba memadamkan api yang mereka kelilingi. Situasi mulai terkendali setelah Juru Bicara KPK Febri Diansyah melakukan mediasi.
Febri menegaskan seluruh pegawai dan pimpinan KPK tidak terkait atau terafiliasi dengan kelompok politik manapun. "Kami pastikan hal itu tidak benar. KPK beserta seluruh jajarannya termasuk komisioner tidak ada satu pun yang berafiliasi dengan kubu manapun," ujarnya.
3. Deklarasi
Selain meminta dibentuk TGPF, Ketua WP-KPK Yudi Purnomo di panggung peringatan 2 tahun kasus teror terhadap Novel juga membacakan deklarasi bersama. Ada sejumlah tokoh yang ikut membacakan deklarasi ini, di antaranya tiga mantan Komisioner KPK, Abraham Samad, Bambang Widjojanto Widjojanto, dan Busyro Muqoddas, aktivis HAM Nursjahbani Katjasungkana serta sejumlah aktivis antikorupsi lainnya, termasuk Novel Baswedan sendiri.
Selain ikut membacakan deklarasi, Novel juga menerima karangan bunga sebagai bentuk dukungan terhadapnya. Dia juga menerima poster petisi dukungan agar kasus teror yang dialami segera terungkap.
Berikut isi deklarasi yang dibacakan WP-KPK, Novel dan aktivis antikorupsi:
Kami para tokoh masyarakat, akademisi, buruh, mahasiswa, aktivis, supir, dan para pekerja, beserta putra dan putri bangsa Indonesia mendeklarasikan bahwa:
|