Ini Peran Akuntansi Forensik Dalam Pembuktian Fraud di Pengadilan
Utama

Ini Peran Akuntansi Forensik Dalam Pembuktian Fraud di Pengadilan

​​​​​​​Pola kerja akuntan forensik lebih spesifik, yakni menentukan apakah fraud benar-benar terjadi, siapa saja pihak yang terlibat dalam kasus itu, berapa jumlah kerugian yang dihasilkan, keuntungan apa yang terjadi atas kasus tersebut dan sebagainya.

Hamalatul Qur'ani
Bacaan 2 Menit

 

Begitu eratnya hubungan antara fungsi audit dengan akuntan forensik, kerap memunculkan bias pemahaman dalam membedakan akuntan forensik dan akuntan atau auditor. Sekalipun sama-sama berada dalam bidang akuntansi pemeriksaan, ia menegaskan, bahwa fungsi keduanya sangat berbeda.

 

Bedanya, akuntan atau auditor bekerja di kantor akuntan publik dan melakukan general audit. Di situ, akuntan hanya bersandar pada angka-angka yang tercantum dalam laporan perusahaan, sehingga penekanannya lebih kepada kesalahan (errors) dan keteledoran (ommisions). Sementara akuntasi forensik lebih menekankan pada keanehan, anomaly dan pola tindakan kesalahan. Prosedur utama akuntansi forensik juga lebih menekankan pada analytical review dan teknik wawancara mendalam (in depth review).

 

Jadi, pola kerja akuntan forensik bisa dikatakan lebih spesifik, yakni menentukan apakah fraud benar-benar terjadi, siapa saja pihak yang terlibat dalam kasus itu, berapa jumlah kerugian yang dihasilkan, keuntungan apa yang terjadi atas kasus tersebut dan sebagainya. Ia mencontohkan, dalam suatu laporan keuangan, memang transaksinya tercatat dengan baik, ada di pembukuan, tapi ini palsu. Apalagi dalam pemalsuan catatan itu juga ternyata melibatkan pihak lain seperti vendor, manajemen dan lainnya.

 

Baca Juga Artikel Mengenal Akuntansi Forensik:

 

Biasanya, general auditor hanya meminta laporan dan bukti, sedangkan fraud examiner tidak berhenti sampai di buktinya, melainkan juga masuk memeriksa ke skema-skema bagaimana kecurangan dan/atau penyimpangan itu dilakukan. Penyimpangan aset itu banyak variasinya, bisa dalam bentuk uang maupun barang, namun menjadi fraud yang paling mudah dideteksi. Hal ini dikarenakan sifat aset yang nyata serta dapat diukur atau dihitung.

 

Sedangkan jenis fraud yang paling sulit dideteksi adalah korupsi, mengingat unsur kerja sama antar para pihak saling menikmati keuntungan satu sama lain, sehingga kerja sama saling menutup-nutupi kejahatan kerap dilakukan dengan sangat hati-hati. Lantas apa kontribusi yang bisa diberikan in-house lawyer khususnya dalam akuntansi forensik? Sudimin menyebutkan, setidaknya ada 4 kontribusi in-house lawyer di sini, yakni sebagai dish washer atau stamp chopper atau risk mitigation atau trusted partner.

 

Sementara itu,Director of Legal Affairs Microsoft Indonesia, Reza Topobroto, menjelaskan bahwa akuntansi forensik adalah salah satu bagian dari sistem compliance. Biasanya, kata Reza, akuntansi forensik dilakukan setelah kejadian, sehingga jika in-house lawyer membangun sistem compliance yang tepat di perusahaannya maka dapat mempermudah akuntan forensik untuk melakukan investigasi terhadap dokumen maupun pelaku.

 

Reza menganalogikan peran lawyer dalam akuntan forensik ini dengan peran orang hukum dalam forensic patology. “Forensic patology kan dikerjakan oleh dokter, bukan lawyer. Tapi dokter-dokter itu bekerja membuat forensic patology untuk kepentingan orang-orang hukum seperti polisi, jaksa, hakim. begitupula halnya dengan lawyer di perusahaaan yang membutuhkan akuntan forensik untuk meng-investigasi fraud, misalnya,” katanya.

Tags:

Berita Terkait