Ilustrasi dan isu gender
Proses pencetakan sempat molor hampir setengah tahun lantaran seorang anggota Tim Penyusun, Herni Sri Nurbayanti protes melihat hasil ilustrasi. Sebab, dari semua gambar yang sudah dihasilkan, tidak ada satu pun tokoh perempuan di situ. Akhirnya kami hanya bisa menambah-nambahi, ujar Dicky. Itulah kenapa, meski akhirnya muncul dalam empat tokoh utama, Ayah-Ibu dan dua anak lelaki-perempuan, dua tokoh wanita nampak muncul dipaksakan. Kesannya sebagai figuran, ujar Herni.
Satu lagi, selain menumbuk halus bahasa dan mengemasnya menjadi semacam Komik, ada penambahan materi tentang masyarakat rentan. Dicontohkan di sini, selain perempuan, masyarakat rentan ini juga para penyandang cacat atau kaum miskin kota. Mereka ini acapkali dianggap sebagai subyek peraturan yang terlupakan. Ini masuk menjadi satu bab, pada buku sebelumnya ini terlewat. Dengan ditambahi itu, positioning kita di sini jadi makin jelas, tambah Dicky.