Jurus Merancang Perilaku Sosial yang Transformatif
Resensi

Jurus Merancang Perilaku Sosial yang Transformatif

Sebuah peraturan tak sekedar berisi larangan dan hukuman. Ia harus mampu membentuk perilaku dan membuat perubahan sosial.

NNC
Bacaan 2 Menit

 

Laiknya kuda-kuda dalam pencak silat, buku ini memulai pembahasan paling mendasar dari sebuah proses legislasi, yakni pengenalan tentang apa itu hukum (Jurus 1, hlm.7).  Uniknya, pengenalan hukum tersebut hanya disinggung dalam dua halaman. Itu pun sudah berjejal dengan ilustrasi yang lumayan membuat mata tak capek ketika memelototi. Kesan saat membaca buku ini cenderung seperti membaca sebuah buku komik.

 

Aturan yang dibikin pembuat peraturan sejatinya ditujukan untuk membuat kehidupan masyarakat kian membaik. Tujuan dibuatnya peraturan sebisa mungkin juga merupakan tujuan bersama masyarakat, bukan tujuan penguasa atau negara. Secara esensial, peraturan merupakan buah hasil dari perjanjian bersama masyarakat (Law as a contract social). Namun pemahaman filosofis semacam ini ternyata kurang dibahas dalam buku ini.

 

Justru itulah yang ingin dijauhi si Sembilan Jurus. Pembahasan yang menimbulkan kesan terlalu akademis hendak ditipiskan. Awalnya, dalam konsep, bahasanya malah sangat lunak hingga terkesan terlalu nge-pop. Tapi karena audien yang hendak membaca dari kalangan praktisi, maka semaksimal mungkin kami membuat bahasa yang tidak membuat materi menjadi remeh untuk dipelajari, jelas Media Planner Inspirit Dicky Lopulalan. Inspirit adalah lembaga yang dirangkul PSHK dalam reproduksi buku ini.

 

Seputar Pembuatan

Buku cetakan kedua ini disponsori oleh Konrad Adenauer Stiftung, sebuah yayasan penyumbang dana asal Jerman. Dicetak sebanyak 2000 eksemplar. Sebelumnya pernah pula diterbitkan oleh lembaga yang sama pada 2005 sebanyak seribu eksemplar atas bantuan The Asia Foundation (TAF) dan USAID (United States Agency for International Development).  Judulnya: Manual Perancangan Peraturan untuk Trransformasi Sosial.

 

Secara fisik, perbedaan mencolok antara kedua buku itu ada pada dimensi buku. Cetakan terakhir lebih handy, enak ditenteng, lantaran ukuran yang kecil. Selain fisik, sentuhan ilustrasi pada 9 Jurus juga  lebih diperkaya. Bisa dikatakan hampir 70 persen halaman dipadati gambar.

 

Meski sama-sama berhias ilustrasi, buku terakhir menempatkan ilustrasi bukan sekedar hiasan perehat mata, namun difungsikan pula sebagai pembentuk alur tulisan. Tujuannya, selain agar tidak berkesan jadi momok yang menakutkan untuk dibaca, dipercayai juga bahwa konon sebuah pesan yang hendak disampaikan bakal lebih cepat diserap dengan bantuan visual.

 

Sejatinya buku ini merupakan manual bagi  praktisi yang bersinggungan dengan proses legislasi. Mulai dari bapak ibu terhormat di kursi Parlemen, baik di Pusat maupun daerah, Pemerintah Daerah, dan juga jaringan Lembaga Swadaya Masyarakat yang sering melibatkan diri dalam proses perancangan peraturan.

Halaman Selanjutnya:
Tags: