Kepemimpinan Perempuan di Dunia Hukum : Jadi Pengacara Terbaik dari Pengalaman
Hukumonline's NeXGen Lawyers 2022

Kepemimpinan Perempuan di Dunia Hukum : Jadi Pengacara Terbaik dari Pengalaman

Pemikiran kritis, good judgement, sifat tangguh, dan integritas tinggi – karakteristik yang menurut sebagian orang, cenderung dimiliki oleh para lawyer laki-laki sehingga mengakibatkan adanya kesenjangan kesempatan antara lawyer perempuan dan laki-laki. Akan tetapi, penting untuk dipahami bahwa karakteristik-karakteristik tersebut tidak muncul secara alami berdasarkan gender yang dimiliki seseorang.

Tim Hukumonline
Bacaan 6 Menit
Foto: Citra Astari, RESOLVA Law
Foto: Citra Astari, RESOLVA Law

Imagine a world without woman – kalimat yang sering terlintas di benak saya ketika berbicara mengenai kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan, atau mendengar cerita mengenai berbagai gerakan perempuan di luar sana. Bukan berpendapat bahwa perempuan lebih  penting dibanding laki-laki atau perlu adanya perilaku yang berbeda yang mengutamakan kepentingan perempuan, namun bagaimana kinerja dan prestasi perempuan dapat diakui sama  seperti laki-laki, khususnya di dunia professional. Equal participation adalah bagaimana saya membayangkan kesetaraan gender harus dibawa dan dipromosikan dalam praktik sehari-hari. 

Dalam dunia pekerjaan, khususnya pada sektor jasa hukum, ada banyak sekali tokoh perempuan-perempuan hebat yang telah memberikan kontribusinya dalam mengembangkan dan memajukan sektor jasa hukum. Akan tetapi, menjalani profesi di bidang hukum bagi perempuan memang sampai saat ini masih memiliki tantangannya sendiri, baik di dalam lingkungan pekerjaan  maupun dari sudut pandang masyarakat umum. Profesi hukum dikenal sebagai profesi yang membutuhkan pemikiran kritis, good judgement, sifat tangguh, dan integritas tinggi – karakteristik  yang menurut sebagian orang, cenderung dimiliki oleh para lawyer laki-laki sehingga  mengakibatkan adanya kesenjangan kesempatan antara lawyer perempuan dan laki-laki. Akan  tetapi, penting untuk dipahami bahwa karakteristik-karakteristik tersebut tidak muncul secara  alami berdasarkan gender yang dimiliki seseorang, namun merupakan sesuatu yang terbentuk oleh  pengalaman, baik pribadi dan profesional, serta prinsip-prinsip pilihan seseorang terlepas dari  gender yang mereka miliki. 

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh American Bar Association Commission (ABA) di  tahun 2018, Lawyer perempuan lebih sering daripada rekan laki-laki mereka untuk disalahartikan  sebagai non-pengacara, dan diekspektasikan untuk melakukan lebih banyak pekerjaan kantor di  rumah dan memiliki lebih sedikit akses ke tugas utama (Elesser, 2018). 

Kondisi ini semakin parah menyusul pandemi yang menyebabkan banyak lawyer perempuan harus menjalani berbagai peran  dan tugas tambahan dari rumah, ditengah-tengah urusan pekerjaan. Sering kali, tanggung jawab  tambahan ini dipandang sebagai sebuah penghalang untuk partisipasi aktif mereka yang setara di  tempat kerja. Oleh karena itu, mengubah paradigma sosial yang telah terbentuk dan mengakar dalam masyarakat terkait profesi hukum dan #BreakTheBias masih menjadi sebuah tantangan  besar yang harus dihadapi, meskipun kini mulai bergeser dan menunjukkan perubahan positif. 

Sebagai perempuan yang berprofesi di bidang hukum dan berada di lingkungan pekerjaan yang rata-rata didominasi oleh laki-laki, saya selalu mencoba untuk melakukan perubahan dari dalam dengan senantiasa berada pada top of my game, terlibat aktif dalam berbagai kegiatan dan memberikan kinerja terbaik dalam setiap tugas yang saya kerjakan. Rise above the bias, saya mencoba membuktikan bahwa apa yang saya yakini tentang kesetaraan gender adalah hal nyata bahwa ada banyak keuntungan yang dapat diperoleh oleh firma hukum yang mengedepankan kinerja daripada struktur kerja tradisional, begitupun halnya dengan memberikan kesempatan yang  sama untuk semua lawyer. 

“Menjadi seorang lawyer khususnya corporate lawyer, selain utamanya memiliki research and drafting skills juga legal knowledge yang luas, dibutuhkan ketelitian dan pemikiran out of the box dalam memenuhi kebutuhan klien terhadap permasalahan hukumnya. Selain itu para associate di kantor hukum dituntut untuk dapat memberikan analisa dan opininya terhadap masalah-masalah hukum kompleks, serta bagaimana mereka menyelesaikan permasalahan tersebut. Citra memang tergolong baru dalam pengalamannya sebagai associate di bidang corporate. Namun citra melakukan adaptasi secara cepat dan iklim kerja berjalan secara progresif, sehingga membuat dia dipercaya untuk terjun langsung mendampingi senior lawyer dalam menangani berbagai klien. Dan dengan pelatihan dan pengalaman untuk terjun langsung menangani klien, saya yakin, seorang associate dapat berkembang terus dan menjadi lawyer handal dibidangnya.” ujar M. Andy Rahmad Wijaya 

Selaku Managing Partner, RESOLVA Law Firm.

Terlahir dari keluarga dengan latar belakang non-hukum, awalnya profesi hukum bukan merupakan pilihan utama ketika memikirkan “ingin kuliah apa nanti”, “ingin menggeluti profesi  di bidang apa”. Namun hobi dan kebiasaan juga dapat membangun karakter dan pemikiran  seseorang kedepannya. Berawal dari kecintaan saya dalam membaca komik maupun novel misteri  serta rasa ingin tahu yang tinggi memberikan ketertarikan sendiri bagi saya dalam mengenal  profesi hukum. 

Halaman Selanjutnya:
Tags: