Konekin Gelar Pesta Inklusif 2022 untuk Disabilitas
Terbaru

Konekin Gelar Pesta Inklusif 2022 untuk Disabilitas

Dengan adanya acara ini teman-teman disabilitas diharapkan mampu mematahkan stigma masyarakat terhadap penyandang disabilitas yang tak mampu melakukan apapun.

Oleh:
Aida Mardatillah
Bacaan 2 Menit
Koneksi Indonesia Inklusif atau yang dikenal dengan Konekin, menggelar Pesta Inklusif 2022, Sabtu (17/12). Foto: AID
Koneksi Indonesia Inklusif atau yang dikenal dengan Konekin, menggelar Pesta Inklusif 2022, Sabtu (17/12). Foto: AID

Koneksi Indonesia Inklusif atau yang dikenal dengan Konekin, menggelar Pesta Inklusif 2022, Innovation For More Accessible, Equal, and Inclusive Future. Acara ini menjadi wadah teman-teman disabilitas untuk menunjukkan bakatnya di depan para penyandang disabilitas lain dan juga non disabilitas di M Bloc Space, Jakarta, Sabtu (17/12).

Pesta Inklusif ini dimeriahkan dengan penampilan stand-up comedian disabilitasi yakni Dani Aditya, Koste band disabilitas netra, G-stars dancer down syndrome, dan peluncuran Buku Anak Disabilitas Indonesia (BISA) yang dimoderatori oleh aktivis disabilitas, serta talk show bertajuk “Transformatif Education: Inovasi pendidikan inklusif di Indonesia. 

Diketahui, Konekin adalah sebuah organisasi yang dibentuk dengan tujuan mengedukasi masyarakat akan isu disabilitas untuk membangun kesadaran akan lingkungan inklusif dan mendorong pemberdayaan individu disabilitas. Dengan visi penyandang disabilitas dapat diikutsertakan dalam masyarakat secara setara, dihormati dan dipenuhi hak-haknya.

Baca Juga:

Konekin menjembatani kebutuhan penyandang disabilitas dengan berbagai peluang dengan memperkuat kolaborasi bersama para pemangku kepentingan untuk #MenujuIndonesiaInklusif. Konekin telah bekerjasama dengan berbagai institusi dan organisasi pemerintahan di berbagai propinsi di Indonesia baik yang berkecimpung di dalam isu disabilitas maupun non-disabilitas.

“Dengan adanya acara ini teman-teman disabilitas diharapkan mampu mematahkan stigma masyarakat terhadap penyandang disabilitas yang tak mampu melakukan apapun. Apalagi di Indonesia masih lekat dengan isu disabilitas dan ruang kerja yang terbatas,” kata Fonder Konekin, Marthella Siraiit, di M Bloc Space, Jakarta, Sabtu (17/12).

Marthella mengatakan dalam acara ini akan berbaur antara disabilitas dan non disabilitas yang akan diharapkan dapat memutus kesenjangan dan stigma-stigam masyarakat kepada teman-teman disabilitas. Jadi,, disini teman-teman disabilitas yang hadir juga company yang kita undnag disini bisa melihat bahwa adanya keberdayaan teman-teman disabilitas berdasarkan talentanya masing-masing.

Komisi Nasional Disabilitas, Jonna Aman Damanik mengatakan konekin hadir mencoba mengisi ruang kosong dalam berbicara disabilitas dengan menggunakan media sosial. Ada komponen penting harus dibangun untuk mendampingi teman-teman disabilitas diantara lain peran para akademis, pemerintah, media hingga pihak swasta. Pendekatan ini sangat penting karena disabilitas berbicara disemua sektor.

“Kami mengapresiasi kerja Konekin, semua bisa kita kolaborasi bersama, dalam percepatan penanggulangan disabilitas, bahwa inklusif itu sifat bukan tujuan, proses bukan tujuan. Kalau tujuan kita akan berhenti. Inklusif adalah sifat, ayo kita peroses untuk Indonesia lebih maju,” kata dia.

Pegiat Pendidikan Indonesia dan Pembina Konekin, Najella Shihab mengatakan yang kita inginkan inovasi dalam inklusif pendidikan, maka kita berbicara betul-betul mengenai hak untuk menumbuhkan semua potensinya, untuk mencapai hal-hal yang optimal. Inovasi inklusif pendidikan kita sadar betul bukan hanya mendidik tetapi menjembati mereka usia berpendidikanya dalam terjun langsung ke masyarakat.

Ia mengatakan dalam pendidikan inklusif bagi disabilitas visualisasi dan koneksitas itu penting agar terhindar dari salah kaprah yang terjadi bagi masalah individu teman-teman disabilitas, dengan para guru dan kita semua harus bisa menyelesaikan bersama-sama salah kaprah yang ada.

“Dengan teknologi sebenarnya sangat amat bermanfaat dan butuh diintegrasikan. Akses sekolah inklusif masih sangat sedikit. Dan, kemampuan menerima siswa pun sangat terbatas, sementara kebutuhannya banyak,” kata dia.

Tags:

Berita Terkait