MA Luncurkan Film ‘Pesan Bermakna’ Kisahkan Integritas Hakim
HUT MA ke-76

MA Luncurkan Film ‘Pesan Bermakna’ Kisahkan Integritas Hakim

Alur film pendek berjudul “Pesan Bermakna” ini menceritakan kehidupan seorang hakim bernama Dimas yang integritasnya diuji. Saksikan film pendek ini mulai 19 Agustus 2021 saat perayaan HUT MA ke-76 di channel Youtube Mahkamah Agung.

Aida Mardatillah
Bacaan 3 Menit
Suasana Talkshow Launching Film pendek 'Pesan Bermakna: Catatan di Balik Toga Merah' di Vidio, Senin (16/8/2021).
Suasana Talkshow Launching Film pendek 'Pesan Bermakna: Catatan di Balik Toga Merah' di Vidio, Senin (16/8/2021).

Mahkamah Agung (MA) meluncurkan film pendek yang menggambarkan integritas seorang hakim. Film pendek berjudul “Pesan Bermakna” ini tayang tepat pada saat perayaan Ulang Tahun MA ke-76 Tahun pada 19 Agustus 2021 di Youtube MA. Film “Pesan Bermakna” ini adalah film pendek yang diangkat dari buku berjudul Catatan di Balik Toga Merah karya D.Y. Witanto.

Film pendek “Pesan Bermakna” ini menghadirkan bintang kenamaan yaitu Donny Alamsyah. Penggemar film Indonesia pasti kenal dengan aktor senior yang satu ini, sebagai aktor laga yang piawai membintangi genre film action. Kali ini Donny Alamsyah ditantang untuk bermain dalam film pendek bergenre hukum dan memerankan sosok seorang hakim dengan sentuhan Sutradara Orista Primadewa.

Alurnya sendiri menceritakan kehidupan seorang hakim bernama Dimas yang integritasnya diuji. Misalnya, dalam film ini dikisahkan, suatu ketika Dimas membutuhkan uang untuk biaya operasi ibunya yang mengalami sakit keras. Di sisi lain, tugasnya sebagai seorang hakim untuk menegakkan keadilan. Kira-kira, keputusan apa yang akan ia pilih? Bisakah Dimas tetap memenuhi tugasnya sebagai hakim yang adil dan jujur seperti harapan sang ibu?

Dalam scene tersebut, Dimas terlihat sangat menyesal atas kepergian sang ibu. Kemudian diceritakan saat Dimas menjadi hakim dalam persidangan pembacaan tuntutan kasus narkotika selama 7 tahun. Usai sidang digelar, Dimas pun didatangi oleh seseorang yang menawarkan sejumlah uang suap sebagai imbalan agar hukuman saudaranya diringankan hukumannya.

Meski Dimas memang membutuhkan uang untuk biaya operasi penyakit sang ibu, namun dengan tegas dia menolak uang imbalan tersebut. Masih dirundung duka, Dimas pun memutuskan untuk menggantungkan toga merahnya. Namun, rencana pengunduran dirinya “dihalangi” oleh ketua pengadilan. Lantas apa yang terjadi selanjutnya? Untuk itu, saksikan film pendek ini mulai Kamis 19 Agustus 2021 saat perayaan HUT MA ke-76 di channel Youtube Mahkamah Agung.   

Aktor Donny Alamsyah yang memerankan sebagai Dimas, mengaku memerankan sebagai hakim karakternya harus kuat, berwibawa, dan beritegritas. Hakim mempunyai tanggung jawab yang besar karena dianggap perwakilan Tuhan di bumi. Untuk membangun karakter ini, dirinya banyak membaca artikel dan berdiskusi dengan hakimnya langsung saat proses syuting untuk mendalami karakternya. 

“Dalam film Indonesia tidak pernah memerankan sosok seorang hakim, sehingga ketika memerankan peran ini menjadi tertantang untuk mendalami karakter kuat menjadi hakim. Apalagi ketika memasuki ruang persidangan yang sesungguhnya, aura dari ruang persidangan memiliki kharisma dan wibawa tersendiri, sehingga ada pressure tersendiri,” ujar Donny dalam acara Talkshow Launching Film pendek “Pesan Bermakna: Catatan di Balik Toga Merah” di Vidio, Senin (16/8/2021) kemarin.

Hakim Yustisial MA yang juga penulis buku dalam Film ini, D.Y. Witanto mengatakan tokoh yang memerankan Dimas ini, bukan hanya sebatas memerankan film, tetapi membawa nama baik MA. “Kami dari MA dalam memilih aktor sampai mencari latar belakang, keluarga, dan apakah pernah terlibat narkoba dari aktor yang akan memerankannya. Jangan sampai yang memerankan hakim yang berintegritas, aktor pemerannya malah tidak berintegritas,” kata dia.

Sekretaris MA Hasbi Hasan mengatakan film pendek ini melihat sisi lain dari hakim secara visual agar pesannya cepat sampai ke masyarakat. Film ini mengisahkan tantangan berat seorang hakim. Di satu sisi, ia manusia biasa dan di sisi lain ia wakil Tuhan, dan tantangan lainnya bagaimana hakim harus bersikap dalam rumah tangga, masyarakat, kantor, dan berbagai macam segmen masyarakat.

“Film ini kisah kehidupan nyata, banyak sekali hakim-hakim yang berada di kondisi seperti di film ini,” ujarnya.

Hasbi menuturkan film ini juga menggambarkan tentang integritas dan kemandirian hakim yang berhadapan dengan kondisi membutuhkan biaya untuk berobat orang tuanya yang tidak sedikit. Kondisi ini berbarengan dengan menangani perkara berat dimana pencari keadilan ingin memberikan sesuatu untuk menyuap guna pengobatan orang tuanya. Tapi, ia tetap teguh pada pendiriannya meski ada peluang untuk itu.

Tags:

Berita Terkait