Melihat Peluang Sarjana Hukum Jadi In House Counsel di Perusahaan Startup
In House Counsel Series

Melihat Peluang Sarjana Hukum Jadi In House Counsel di Perusahaan Startup

Seiring dengan pesatnya perkembangan perusahaan startup dan pentingnya peran legal, maka peluang sarjana hukum untuk menjalankan profesi sebagai in house counsel sangat besar.

Oleh:
Fitri Novia Heriani
Bacaan 4 Menit

Di perusahaan startup, lanjutnya, para legal diminta untuk berfikir fleksibel dalam melihat fenomena hukum. Tak hanya sekadar hitam atau putih, benar atau salah, tapi juga mengikuti selera costumer. Legal harus mampu melihat hukum secara berbeda.

“Kita juga punya tugas membantu perusahaan dalam urusan business to business. Satu hal lain yang kita lakukan di Tiket.com adalah kata-kata dalam website Tiket.com itu yang handle legal, misal syarat dan ketentuan, penjelasan mengenai produk, kata-kata disclaimer itu tim legal yang handle. Kemudian ada customer complain itu juga tim legal yang bantu untuk mencoba meramu entah surat menyurat, jawaban supaya customer puas dengan pelayanan yang dberikan Tiket.com,” ujarnya.

Selain itu, menjadi in house counsel pada perusahaan startup tidak boleh berkata ‘no’ saat ada ide baru. Perusahaan startup membutuhkan legal-legal yang cepat dan tepat dalam mengimplementasikan ide.

“Jadi mereka maunya cepat, mereka nanya legal bisa apa enggak, itu butuh jawaban yang cepat dan tepat. Kita enggak sempat buka peraturan pasal sekian, kita harus cepat dan tepat kasih jawaban karena startup itu kerjanya cepat, besok bisa saja ide berubah,” imbuhnya.

Jika dibandingkan dengan perusahaan konvensional, perusahaan startup memiliki cara kerja yang jauh berbeda. Perusahaan konvensional memiliki waktu untuk menyusun strategi, melakukan tes pasar, mendirikan PT, sementara perusahaan startup semua harus dilakukan secara cepat. Di sinilah letak pentingnya peran legal dalam menjalankan tugas, yang tentu menjadi peluang sekaligus tantangan bagi para sarjana hukum.

“Karena kalau kita compare dengan perusahaan konvensional, mereka itu punya waktu, bikin PT dulu, tes market dulu, di startup beda, bahas di whatsap grup langsung nanya legal bisa apa enggak, finance bagaimana, pajak bagaimana. Jadi kita itu harus kerja cepat dan tepat dan kreatif,” imbuhnya.

Selain punya basis ilmu hukum, untuk menjalankan peran legal pada perusahaan startup harus memiliki rasa penasaran yang tinggi dan memiliki cara berpikir seperti costumer. Hal ini mengingat perusahaan startup lahir dan tumbuh dalam bidang usaha yang bermacam-macam, sehingga dengan rasa penasaran, kemudian banyak bertanya, maka berbagai informasi akan diperoleh. Tentunya, tak hanya seputar hukum, namun informasi-informasi yang lebih kompleks di luar dunia hukum.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait