Peningkatan keamanan siber semakin penting terus dilakukan di tengah tingginya penggunaan teknologi informasi dalam aktivitas sehari-hari. Hal ini diperlukan karena kejahatan dunia maya muncul seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat. Sehingga, serangan di ruang siber (cyberspace) merupakan konsekuensi logis.
Industri jasa keuangan menjadi salah satu sektor yang harus diperhatikan dalam serangan siber ini. Identifikasi bentuk serangan siber dapat terlihat pada hal-hal seperti kriminalitas siber, botnets, serangan terhadap institusi finansial-keuangan, penyebaran Multi-Purpose Malcode, aktivitas siber yang disponsori oleh negara, dan aktivitas hacking.
Berdasarkan data yang dipublikasi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), terdapat total kasus kejahatan dunia maya yang terjadi yaitu 714.170.967 lalu lintas anomali atau serangan siber yang terjadi di sepanjang 2022. Serangan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 272.962.734, lebih dari sepertiga total serangan selama semester pertama 2022. Berdasarkan data dimaksud, serangan siber yang mendominasi adalah ransomware atau malware dengan modus meminta tebusan.
Baca Juga:
- Urgensi Penguatan Penegakan Hukum Sektor Jasa Keuangan di Era Globalisasi
- Perkembangan Fintech Perlu Diiringi Upaya Edukasi dan Perlindungan Konsumen
- Empat Inisiatif OJK Dorong Perlindungan Konsumen Financial Technology
Sementara itu, World Economic Forum telah mempublikasikan Global Cybersecurity Outlook 2022, yang mensurvei 120 orang pemimpin keamanan global dari 20 negara peserta World Economic Forum Cybersecurity Leadership Community dan Accenture Cybersecurity Forum. Berdasarkan data survei dimaksud, terdapat 3 (tiga) serangan siber teratas yang menjadi perhatian sebagian besar organisasi/perusahaan pada tahun 2021, yaitu ransomware, social engineering, dan malicious insider activity.
Data tersebut terungkap dalam acara “Penanganan Insiden Keamanan Siber di Sektor Jasa Keuangan” pada Kamis (18/8). Selain itu, dalam upaya menangani serangan siber berupa ransomware, suatu perusahaan sebaiknya mempertimbangkan untuk menggunakan solusi keamanan siber berbasis platform yang mampu menghentikan ancaman yang teridentifikasi sebagai ransomware pada seluruh vektor serangan. Solusi keamanan siber berbasis platform ini memerlukan model keamanan berlapis yang melibatkan jaringan, endpoint, dan kontrol pusat data.
Tujuannya agar ketika suatu ancaman berhasil “membobol” celah keamanan sebuah perusahaan, maka respons terhadap insiden yang terjadi dapat segera dilakukan secara cepat dan tepat, sehingga serangan siber yang semakin marak akhir-akhir ini perlu menjadi perhatian serius bagi pelaku SJK.