Pemadaman Listrik Lumpuhkan Objek Vital: Negara Tak Punya Manajemen Krisis
Utama

Pemadaman Listrik Lumpuhkan Objek Vital: Negara Tak Punya Manajemen Krisis

Presiden tak cukup hanya marah. tapi harus mengevaluasi penuh koordinasi lintas kementerian, terutama terkait kesiapan dalam melakukan manajemen krisis ketika terjadinya kelumpuhan objek vital di Indonesia.

Hamalatul Qur'ani
Bacaan 2 Menit

 

“Kami ingin masyarakat terus menuntut keadilan agar ada perubahan dari sisi pelayanan publik. Bila tidak, dikhawatirkan bila muncul impact yang lebih besar masyarakat terus berada dalam posisi yang dirugikan,” katanya.

 

(Baca: Soal Pemadaman Listrik Massal, 4 Lembaga Ini Siap Fasilitasi Konsumen Gugat PLN)

 

Partisipasi publik dalam kritik secara hukum, menurut Ketua Forum Warga Kota Jakarta (Fakta), Azaz Tigor Nainggolan, dapat mendorong pemerintah untuk mengoreksi kelalaian belum terbangunnya sistem manajemen krisis untuk peristiwa darurat seperti ini. Layaknya bencana, manajemen krisisnya ada BNPB untuk lingkup nasional dan BPBD untuk daerah. Untuk peristiwa di luar bencana, harus dipikirkan juga pembentukan manajemen yang bisa diaplikasikan di tingkat daerah maupun nasional.

 

“Kejadian ini membuktikan Indonesia sedang mengalami krisis pelayanan publik, jadi tak ada perlindungan ketika peristiwa itu terjadi,” tukasnya.

 

Akhiri Monopoli Listrik

Senada dengan Hendrik, Ketua BPKN Ardiansyah Parman juga mendesak agar PLN segera mengevaluasi dan memperbaiki kembali manajemen risiko dan sistem kedaruratannya. Bahkan, sifat pengelolaan energi listrik yang sangat monopolistik dikuasai PLN juga dimintanya harus dievaluasi kembali.

 

Salah satunya, dengan memberikan insentif kepada Sistem Jaringan Listrik Independen untuk mengurangi beban negara dan mendorong investasi infrastruktur Kelistrikan Swasta, terutama untuk sistem kelistrikan kawasan dan sistem kelistrikan sumber daya terbarukan.

 

(Baca: Konsumen Berhak Dapat Kompensasi Pasca Pemadaman Listrik Tiba-tiba)

 

PLN tentu menyadari adanya risiko beban jaringan sistem Jawa Bali. Pembangkit listrik terbesar berada di Jawa bagian Tengah dan Timur, sementara beban pemakaian terbesar berada di Jawa bagian Barat. Beban jaringan transmisi sangat berat dan berisiko terjadi trip cukup besar.

 

Beban daya yang ditransfer dari Timur ke Barat terlalu besar, apalagi kalau ada pembangkit di Barat yang trip seperti kemarin. Kondisi kemarin terjadi karena kegagalan transmisi dan juga turbin, namun apabila jaringan transmisinya handal, tidak perlu pemadaman.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait