Persidangan Haris-Fatia, Saksi Ungkap Peristiwa Kelam Kabupaten Intan Jaya
Terbaru

Persidangan Haris-Fatia, Saksi Ungkap Peristiwa Kelam Kabupaten Intan Jaya

Sejak 2019 distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah mulai terlihat intensitas aktivitas aparat TNI dan Polri. Saksi mengaku ayahnya dibunuh, dan 2 adiknya tewas dibakar oleh militer.

Ady Thea DA
Bacaan 3 Menit
Suasana persidangan Haris Azhar di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Senin (19/9/2023). Foto: ADY
Suasana persidangan Haris Azhar di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Senin (19/9/2023). Foto: ADY

Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur kembali menggelar sidang dugaan pencemaran nama baik Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan dengan terdakwa Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti. Agenda persidangan yang digelar Senin (18/09/2023) kemarin itu mendengarkan keterangan dari saksi fakta yang dihadirkan tim penasihat hukum Haris-Fatia.

Salah satu saksi bernama Dami Zanambani, berusia 23 tahun, warga distrik Sugapa, kabupaten Intan Jaya, provinsi Papua Tengah. Dalam persidangan, Dami dicecar berbagai pertanyaan tim penasihat hukum, jaksa penuntut umum, dan majelis hakim. Dalam keterangannya, Dami menjelaskan berbagai peristiwa yang terjadi di kampung halamannya sampai akhirnya mengungsi ke Nabire, ibu kota provinsi Papua Tengah.

Mulanya Dami melihat aktivitas TNI dan Polri meningkat sejak tahun 2019. Jumlahnya bertambah banyak dan fasilitas publik yang digunakan sebagai markas atau pos militer seperti Sekolah Dasar (SD). Meningkatnya aktivitas aparat itu menunjukkan meningkatnya eskalasi konflik antara aparat dengan kelompok separatis bersenjata di Papua. Alhasil, banyak warga yang mengungsi untuk menyelamatkan diri termasuk Dami dan keluarganya, kecuali ayahnya Pendeta Yeremia Zanambani.

“Karena ada kontak senjata, masyarakat jadi ketakutan dan meninggalkan rumahnya (mengungsi,-red). Saya mengungsi ke Nabire, dan orang tua saya (ayah,-red) menjadi korban,” kata Dami di hadapan majelis hakim dipimpin Cokorda Gede Arthana itu.

Baca juga:

Tak sedikit fasilitas publik yang rusak seperti Puskesmas dan SD akibat konflik tersebut. Suara tembakan sering terdengar dan terakhir terjadi bulan lalu. Dami ingat betul, sebelum tahun 2019 di kampungnya tak ada kekerasan. Tapi setelah itu kekerasan mulai terjadi dan 2 orang adiknya yang duduk di bangku SMP tewas setelah ditangkap aparat, kemudian menyusul Pendeta Yeremia dibunuh militer. Diketahui pelaku pembunuhan terhadap Pendeta Yeremia sudah diproses hukum.

Ketika ditanya lanjut oleh penasihat hukum tentang sosok Haris Azhar, Dami langsung menyebut mantan Koordinator KontraS itu sebagai pegiat HAM. Dami dan ibunya sempat bertemu Haris di Papua tahun 2020 silam. Pertemuan itu mendiskusikan banyak hal terkait situasi di Papua, khususnya Intan Jaya.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait