OJK Jadi Mata Pelajaran Ekonomi SMU
Berita

OJK Jadi Mata Pelajaran Ekonomi SMU

Tujuannya agar tingkat literasi keuangan di kalangan pelajar dan mahasiswa meningkat.

FAT
Bacaan 2 Menit
OJK Jadi Mata Pelajaran Ekonomi SMU
Hukumonline
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerjasama menyusun materi literasi keuangan yang dirangkum dalam sebuah buku pengayaan mata pelajaran ekonomi Kelas X Sekolah Menengah Umum (SMU). Judul buku tersebut adalah 'Mengenal OJK dan Industri Jasa Keuangan'. Penyusunan buku dilakukan selama tiga bulan lamanya.

Anggota Dewan Komisioner OJK bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Kusumaningtuti S Setiono mengatakan, selain mengenai kelembagaan OJK, buku ini juga menjelaskan mengenai enam industri jasa keuangan. Keenam industri tersebut adalah perbankan, perusahaan sekuritas, lembaga pembiayaan, asuransi, dana pensiun dan pegadaian. "Jadi enam industri itu tentang apa saja produk dan layanannya masing-masing," katanya di Jakarta, Rabu (2/7).

Rencananya, lanjut wanita yang disapa Titu ini, pada tanggal 14 Juli mendatang materi ini sudah diajarkan ke seluruh siswa-siswi se-SMU di Indonesia. Atas dasar itu, OJK menyelenggarakan Training of Trainers (TOT) untuk guru ekonomi di seluruh Indonesia mengenai materi buku ini. Menurutnya, terdapat sekitar 70 guru yang hadir dalam TOT yang mewakili dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia.

Seusai acara ini, kata Titu, para guru tersebut diharapkan bisa menjadi fasilitator dalam menyampaikan pengetahuan tentang OJK dan industri jasa keuangan ke wilayahnya masing-masing. Hasilnya, ke depan masyarakat Indonesia diharapkan dapat memiliki tingkat literasi keuangan yang tinggi dalam memanfaatkan produk dan jasa keuangan sehingga tercapainya masyarakat Indonesia yang sejahtera.

"Harapannya adalah tingkat literasi segmen mahasiswa dan pelajar itu meningkat. Kalau sekarang hasil dari survei OJK itu baru 28 persen tingkat literasinya, pelajar dan mahasiwa," tutur Titu.

Sedangkan untuk segmen mahasiswa, cara pendekatannya agak berbeda. Yakni dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang bentuknya tematik. Seperti yang telah dilakukan di Semarang. Dalam pendekatan ini, mahasiswa-mahasiswa tersebut melakukan simulasi dan berpura-pura menjadi industri keuangan, mulai dari customer service, hingga posisi lain.

Simulasi tersebut mengusung tema tertentu, misal buku tabungan hilang. Simulasi tersebut bertujuan untuk mencari jalan keluar persoalan itu. Ia optimis, program-program seperti ini dapat meningkatkan literasi keuangan di kalangan mahasiswa. "Misalnya tema buku tabungan hilang, bagaimana prosesnya, langsung simulasi," ujar Titu kepada wartawan.

Ketua Asosiasi Guru Ekonomi, Wiji Purwanta, menyambut baik program kerjasama ini. Menurutnya, program seperti ini baik bagi siswa-siswi yang merupakan agen perubahan. Selama ini, banyak siswa yang berprestasi di ilmu ekonomi. Ia berharap, keberadaan program materi OJK dan industri jasa keuangan ini dapat meningkatkan prestasi siswa-siswi di bidang ekonomi ke depannya.

Wiji mengatakan, materi seperti ini sudah pernah diajarkan kepada siswa-siswi SMU. Dahulu, lanjutnya, materi ada di bank sentralan. Sekarang, diganti menjadi OJK dan industri jasa keuangan. Selain itu, untuk materi pasar modal, sudah pernah diajarkan kepada siswa-siswi SMU Kelas XI selama kurun waktu delapan tahun terakhir.

"Kalau industri keuangan, yang familiar itu pasar modal, sudah diajarkan delapan tahun lamanya," kata Wiji.

Salah satu tantangan dalam mengajarkan materi OJK dan industri jasa keuangan ini, lanjut Wiji, berada pada segi kata. Misalnya, kata 'panceklik' tidak selalu dimengerti di seluruh wilayah Indonesia. Di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), kata ini kurang dimengerti. Maka itu, tantangan ke depan, harus mencari kalimat yang dimengerti di seluruh wilayah Indonesia. "Kita cari kalimat yang dimengerti seluruh wilayah Indonesia," pungkasnya.
Tags:

Berita Terkait